Evaluasi niat sebelum mengunggah.
Tanyakan pada diri: “Apakah ini dakwah atau pencitraan?” Jika ragu, lebih baik tahan.
Fokus pada esensi, bukan impresi.
Ukur ibadah dari dampaknya pada hati dan perilaku, bukan dari jumlah “like”.
Perbanyak muhasabah.
Luangkan waktu untuk mengevaluasi diri: apakah aku beribadah karena cinta, atau karena ingin terlihat saleh?
Di tengah gelombang konten dan popularitas, kita harus jujur pada diri sendiri: untuk siapa sebenarnya ibadah ini dilakukan?
Jangan sampai kita lelah bangun malam, lelah memberi, lelah berdakwah namun tidak menyisakan apa-apa kecuali letih.
Bukankah lebih indah jika lelah kita menjadi saksi cinta kepada-Nya?
“Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi pengingat untuk kita semuanya. Dan semoga ibadah kita tak hanya melelahkan raga, tapi juga menumbuhkan iman, memperhalus jiwa, dan menjadi bekal yang tak terhapus oleh algoritma.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI