Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Likeable Worship: Ketika Ibadah Hanya Menyisakan Lelah

12 Juni 2025   08:00 Diperbarui: 12 Juni 2025   06:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi posting ibadah (sumber: freepik/garakta studio)

Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’. Allah akan berfirman pada hari kiamat, ‘Pergilah kepada orang-orang yang kalian pameri amalan kalian di dunia, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka.’” (HR. Ahmad)

Betapa menakutkannya jika ibadah yang begitu melelahkan, puasa panjang, sedekah besar, atau salat malam yang rutin ternyata tidak bernilai sama sekali di hadapan-Nya. 

Semua menjadi nihil karena niat yang keliru. Ibarat seseorang yang bekerja keras seharian, namun ternyata mengisi absensi di perusahaan yang salah.

Riya’, Validasi Sosial, dan Perang Melawan Ego Spiritual

Validasi sosial adalah kebutuhan manusiawi. Namun saat ia merasuk ke ranah spiritual, kita menghadapi bahaya besar bernama 'riya’, keinginan untuk dipuji dalam ibadah. 

Dahulu, 'riya’ mungkin muncul dalam bentuk berharap dikenal sebagai orang alim atau dermawan di kampung. Kini, ia hadir dalam bentuk yang lebih halus tapi tak kalah mematikan: disukai dan divalidasi oleh followers.

Tiga orang yang pertama kali diadili di akhirat dalam hadis riwayat Muslim—mujahid, alim, dan dermawan—semuanya tertolak amalnya karena niat bukan karena Allah. 

Mereka berbuat demi pujian manusia. Kita pun tak luput dari ancaman yang sama jika membiarkan ego spiritual menguasai hati.

Menemukan Jalan Kembali: Menata Niat di Era Media Sosial

Lantas, bagaimana menjaga keikhlasan di tengah era keterbukaan digital ini? Berikut beberapa upaya sederhana:

  1. Sembunyikan sebagian ibadah pribadi. Tidak semua kebaikan harus ditampilkan. Ibarat harta karun, sebagian amal terbaik adalah yang hanya Allah dan kita yang tahu.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun