Pagi itu, jalanan yang biasa saya lalui terasa lebih hening dari biasanya. Di sisi kiri, deretan nisan berdiri diam di balik pagar pemakaman tua. Tak ada suara, tak ada keluh, hanya keheningan yang seolah membisikkan: "Di sinilah akhir dari semua ambisi dan hiruk-pikuk dunia."
Saya tertegun. Sejenak, pikiran saya melayang pada kematian; sebuah kepastian yang sering kali terlupakan. Lalu pertanyaan itu muncul: Jika esok tak datang, apa yang sudah kita siapkan?
Hidup yang Sibuk, Lupa akan Tujuan
Keseharian kita dipenuhi target, rutinitas, dan pencapaian. Kita mengejar karier, membangun rumah, mencari pengakuan, dan menabung demi masa depan.Â
Namun sayangnya, banyak dari kita lupa menabung untuk "masa depan yang sebenarnya" yakni kehidupan setelah mati. Kita terlarut dalam dunia yang fana, padahal waktu terus berjalan, tanpa janji akan datangnya hari esok.
Kematian dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, kematian bukanlah akhir, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan abadi. Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 185:
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."
Kematian bisa datang kapan saja, tanpa aba-aba, tanpa memberi waktu untuk berbenah. Rasulullah SAW juga bersabda:
"Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian."
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai pengingat agar hidup dijalani dengan lebih sadar, lebih bersyukur, dan lebih bermakna.
Renungan dan Introspeksi
Perenungan di depan makam pagi itu membawa saya pada muhasabah mendalam.Â
Sudahkah saya benar-benar menjadi hamba yang baik? Sudahkah saya meminta maaf kepada orang yang saya sakiti? Sudahkah saya cukup ikhlas dalam berbuat kebaikan? Bagaimana nasib saya jika malam ini adalah malam terakhir?
Kadang kita merasa masih muda, masih kuat, masih punya waktu. Padahal, liang lahat tak pernah bertanya usia.Â
Dosa terus menumpuk, tapi kita menunda taubat. Amal sedikit, tapi merasa cukup. Tak terasa air mata jatuh berderai.Â
Rabb, berikanlah kami kesempatan untuk memperbaiki diri dan menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak...
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Persiapan menuju akhirat bukan berarti meninggalkan dunia. Islam tidak melarang kita menjadi sukses, kaya, atau berprestasi.Â
Namun, semua itu harus dijalani dengan niat dan cara yang benar. Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain:
- Perbanyak taubat dan dzikir, mengingat Allah dalam setiap aktivitas.
- Tingkatkan amal jariyah, seperti sedekah, berbagi ilmu, atau membantu sesama.
- Tegakkan shalat dan ibadah wajib lainnya, karena itu bekal utama.
- Perbaiki hubungan dengan sesama manusia, karena dosa sesama hamba tidak bisa diampuni tanpa permintaan maaf.
- Muhasabah harian, luangkan waktu setiap malam untuk mengevaluasi diri.
Mari Kita Renungkan Bersama
Hidup ini hanya sekali. Kematian tidak pernah menunggu kesiapan.Â
Kita tidak tahu apakah masih bisa melihat matahari esok hari. Namun satu hal yang pasti, kita masih punya kesempatan hari ini. Maka mari manfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya.
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 27--30)
Jika esok tak datang, semoga hari ini cukup menjadi bukti bahwa kita sedang sungguh-sungguh mempersiapkan kepulangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI