Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paradoks Kebaikan: Mengapa Orang Baik Sering Dikecewakan?

18 Maret 2025   14:00 Diperbarui: 20 Maret 2025   05:24 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kebaikan (Sumber: freepik/katemangostar)

Kita diajarkan sejak kecil bahwa berbuat baik akan menghasilkan kebaikan pula. Namun, kenyataan di lapangan sering kali bertolak belakang: justru orang-orang yang tulus dan penuh kebaikan yang sering mengalami kekecewaan, pengkhianatan, atau ketidakadilan. 

Mengapa ini bisa terjadi? Inilah yang disebut paradoks kebaikan, sebuah situasi di mana harapan akan balasan positif justru berujung pada luka.

Psikologi Kebaikan: Ketulusan atau Kerentanan?

Dalam kajian psikologi, orang yang baik cenderung memiliki empati tinggi dan lebih percaya pada orang lain. Sikap ini membuat mereka mudah memberikan bantuan tanpa pamrih, tetapi di sisi lain juga membuka peluang untuk dimanfaatkan. 

Beberapa faktor psikologis yang membuat orang baik rentan terhadap kekecewaan antara lain:

  1. Optimisme Sosial yang Tinggi
    Orang baik percaya bahwa dunia ini adil dan bahwa setiap perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang setimpal. Namun, ketika realitas tidak berjalan seperti yang diharapkan, kekecewaan pun muncul.

  2. Kesulitan Menolak dan Menetapkan Batasan
    Individu yang baik hati sering kali kesulitan mengatakan "tidak," karena takut menyakiti perasaan orang lain. Akibatnya, mereka terus memberi, meskipun dalam keadaan yang merugikan diri sendiri.

  3. Cognitive Dissonance (Konflik Kognitif)
    Ketika seseorang berbuat baik tetapi justru dikhianati, otaknya mengalami konflik antara keyakinan dan kenyataan. Hal ini bisa memicu stres, kecemasan, dan bahkan membuat seseorang meragukan nilai kebaikan itu sendiri.

Perspektif Agama: Ujian atau Ganjaran yang Tertunda?

Dalam berbagai ajaran agama, kebaikan bukanlah transaksi yang harus segera dibalas di dunia ini. Sebaliknya, kebaikan sering kali dipandang sebagai bentuk ujian atau investasi untuk kehidupan setelah mati.

1. Islam: Kebaikan sebagai Ujian Kesabaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun