Hidup tidak selalu mudah dan berjalan sesuai harapan. Namun, bagi mereka yang berpegang teguh pada kebiasaan baik, tantangan justru menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Terlahir dari seorang ibu guru non ASN dan ayah yang seorang polisi, seharusnya menjanjikan kehidupan keluarga yang stabil.Â
Namun, kenyataan berkata lain. Sejak kecil, ayah pergi meninggalkan keluarganya begitu saja, meninggalkan seorang ibu yang harus berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya. Adik saya bahkan tak pernah melihat sosok ayah sejak ia lahir ke dunia.
Sebagai seorang ibu tunggal, beliau tidak hanya mengajar, tetapi juga mengerjakan banyak hal untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Membuat hiasan rambut rajut, memasak makanan kecil untuk dijual ke warung, semua dilakukannya dengan penuh cinta demi sesuap nasi dan sepotong baju di hari raya.Â
Dari perjuangan itu, tumbuhlah anak-anak yang tak hanya kuat bertahan, tetapi juga tumbuh dengan kebiasaan disiplin, tekun dan hemat yang membentuk karakter mereka hingga kini.
Disiplin dan Hemat: Kebiasaan Kecil yang Mengubah Hidup
Bagi kami, menyia-nyiakan jerih payah ibu adalah ketidakadilan. Kami ingin membalas perjuangannya dengan masa depan yang lebih baik. Maka, kami membangun kebiasaan kecil---yang kelak menjadi fondasi kesuksesan kami.
Setiap hari, pukul tiga pagi, kami bangun untuk membuat makanan ringan. Tidak banyak, hanya 15-20 bungkus yang kami jual di sekolah.Â
Kami tidak merasa malu, dan ibu pun tak pernah menyuruh kami melakukan itu, semua murni inisiatif untuk meringankan bebannya.
Jika kami meminta uang buku dan ibu menyampaikan belum ada, kami tak pernah meminta untuk kedua kalinya. Dari pendapatan kami itulah kami melengkapinya.
Tak jarang, saat hasil jualan kami belum cukup untuk menambah biaya membeli buku. Sebagai kakak saya seringkali memilih mengalah. Saya menulis ulang materi dari buku teman, asal adik saya tetap bisa memiliki buku pelajaran.Â