Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saat Hati Sudah Terluka: Sebuah Renungan

21 Februari 2025   13:41 Diperbarui: 21 Februari 2025   13:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Saat Hati Sudah Terluka, Semua Tak Kan Kembali Sama

Pernahkah kita mendengar perumpamaan tentang kertas yang diremas? Sekali diremas, kertas itu tak akan pernah bisa kembali rapi seperti semula, meskipun kita berusaha meratakannya sebaik mungkin. 

Begitu pula dengan hati manusia—sekali terluka, bekasnya akan selalu ada, bahkan jika kata "maaf" telah terucap.

Luka batin akibat perkataan atau perilaku tertentu bisa lebih menyakitkan daripada luka fisik. Kata-kata tajam, pengkhianatan, sikap merendahkan, atau perlakuan yang menyakitkan dapat meninggalkan trauma mendalam. 

Seseorang mungkin mampu memaafkan, tetapi rasa percaya dan hormat yang telah hilang tidak serta-merta dapat dikembalikan. 

Hubungan yang dulu erat bisa berubah menjadi kaku, penuh kehati-hatian, atau bahkan berakhir sepenuhnya.

Dampak Psikologis Luka Batin

Dari sudut pandang psikologi, luka emosional akibat perkataan atau tindakan yang menyakitkan bisa berdampak jangka panjang. 

Menurut teori psikologi sosial, penghinaan, pengkhianatan, atau penolakan dapat merusak harga diri seseorang dan menimbulkan stres berkepanjangan. 

Luka emosional yang terus dipendam bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan trauma psikologis.

Psikolog Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menjelaskan bahwa emosi negatif yang kuat, seperti kemarahan atau rasa sakit akibat disakiti, dapat meninggalkan jejak mendalam dalam ingatan seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun