Saat Hati Sudah Terluka, Semua Tak Kan Kembali Sama
Pernahkah kita mendengar perumpamaan tentang kertas yang diremas? Sekali diremas, kertas itu tak akan pernah bisa kembali rapi seperti semula, meskipun kita berusaha meratakannya sebaik mungkin.Â
Begitu pula dengan hati manusia—sekali terluka, bekasnya akan selalu ada, bahkan jika kata "maaf" telah terucap.
Luka batin akibat perkataan atau perilaku tertentu bisa lebih menyakitkan daripada luka fisik. Kata-kata tajam, pengkhianatan, sikap merendahkan, atau perlakuan yang menyakitkan dapat meninggalkan trauma mendalam.Â
Seseorang mungkin mampu memaafkan, tetapi rasa percaya dan hormat yang telah hilang tidak serta-merta dapat dikembalikan.Â
Hubungan yang dulu erat bisa berubah menjadi kaku, penuh kehati-hatian, atau bahkan berakhir sepenuhnya.
Dampak Psikologis Luka Batin
Dari sudut pandang psikologi, luka emosional akibat perkataan atau tindakan yang menyakitkan bisa berdampak jangka panjang.Â
Menurut teori psikologi sosial, penghinaan, pengkhianatan, atau penolakan dapat merusak harga diri seseorang dan menimbulkan stres berkepanjangan.Â
Luka emosional yang terus dipendam bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan trauma psikologis.
Psikolog Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menjelaskan bahwa emosi negatif yang kuat, seperti kemarahan atau rasa sakit akibat disakiti, dapat meninggalkan jejak mendalam dalam ingatan seseorang.Â