Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Ke-Jomlo-an dan Trauma Pengkhianatan

14 Februari 2025   08:00 Diperbarui: 15 Februari 2025   17:50 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ketika Jomlo Jadi Pilihan

Tidak semua orang yang memilih untuk sendiri melakukannya karena kurangnya perhatian atau tak ada yang mendekati. Jika dilihat secara fisik, mungkin ia amat menarik dengan karir dan finansial yang baik. Lalu mengapa memilih jomlo?

Di balik keputusan untuk tetap jomlo, terdapat alasan yang mendalam dan kompleks, terutama ketika pilihan tersebut dipengaruhi oleh luka batin di masa lalu. Trauma akibat pengkhianatan menjadi salah satu faktor utama yang mendorong seseorang memilih kesendirian sebagai zona nyaman dan aman.

Trauma dari Luka Masa Lalu: Antara Pengkhianatan dan Kekecewaan

Berawal dari pengalaman seorang teman masa kecil yang tumbuh dalam keluarga penuh konflik dan kekecewaan. Ibunya, sosok yang paling dicintainya, mengalami luka mendalam akibat pengkhianatan sang ayah. 

Ayahnya tidak hanya menduakan cinta, tetapi juga meninggalkan mereka tanpa pernah kembali. Rasa kecewa dan trauma yang begitu dalam membuat sang ibu memutuskan untuk tidak lagi membuka hatinya pada laki-laki mana pun. 

Keputusan ini mempengaruhi pandangan sang anak perempuan tentang cinta dan hubungan romantis.

Sebagai anak yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, ia belajar tentang cinta dari ibunya yang penuh luka. Tanpa sosok ayah yang memberi contoh cinta yang sehat dan aman, persepsi tentang hubungan menjadi kabur dan dipenuhi ketakutan akan pengkhianatan yang sama. 

Trauma itu semakin mengakar ketika ia pertama kali mencoba membuka hatinya pada cinta. Sayangnya, nasib tidak berpihak padanya. Ia kembali merasakan pengkhianatan, kali ini dari pacar pertamanya.

Dalam penuturannya, ia mengungkapkan, "Setelah melihat apa yang dialami ibu dan merasakan sendiri sakitnya dikhianati, saya merasa lebih aman dengan kesendirian. Bukan karena tidak ada yang mendekat, tetapi saya belum siap untuk membuka hati lagi."

Dampak Psikologis Trauma Pengkhianatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun