Apa kabar guru penggerak?. Guru penggerak adalah salah satu program prioritas mantan mentri pendidikan Mas Nadim Anwar Makarim sebelum digantikan Pak Abdul Mu'ti.
Program guru penggerak adalah program yang  digadang-gadang dapat melahirkan guru pemimpin pembelajaran yang memandu trasformasi pendidikan di Indonesia.
Bahkan anggarannyapun tak main-main. Konon kabarnya anggaran guru penggerak digelontorkan sebanyak Rp, 300 Milyar.
Selain anggaran, guru penggerak yang merupakan perpanjangan tangan dari kurikulum merdeka dan kementrian pendidikan juga diberi karpet merah untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Bahkan mantan mentri Mas Nadim Anwar Makarim sampai harus membuatkan aturan yang mensyaratkan "sertifikat guru penggerak" untuk jadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Tapi semenjak Mas Nadim Anwar Makarim diganti oleh Pak Mentri Pendidikan Abdul Mu'ti, hingar bingar guru penggerak juga ikutan redup.
Pokoknya sampai sekarang belum ada keputusan resmi tentang program guru pengerak dari Pak Mentri Pendidikan Abdul Mu'ti.
Kabar-kabar akan diganti, kabar-kabar akan di hentikan dan kabar-kabar akan di bubarkan, entah mana yang benar berita tentang guru penggerak.
Apakah akan di hapus atau akan dilanjutkan, namun jika menilik beberapa kebijakan Pak Mentri Pendidikan Abdul Mu'ti, sepertinya akan dihentikan dan diganti dengan program baru.
Setidaknya itulah yang telah dilakukan Pak Mentri Pendidikan Abdul Mu'ti selama lebih kurang seratus hari kepemimpinannya, mengotak atik kebijakan dulu dan seolah-olah menjadi kebijakan yang baru dieranya.
Namun setelah itu, tiiiiiittttttttttttttt tak ada kabar lagi tentang guru penggerak. Dalam pandangan saya guru penggerak adalah salah satu program yang baik.
Bagaimana tidak, untuk masuk menjadi guru penggerak saja tidak mudah, harus melewati beberapa proses mulai dari mengisi biodata, esay, tes mengajar hingga wawancara.
Itu baru tes pertama, setelah itu selama kurang lebih enam bulan kita digembleng dalam format daring dan luring untuk mempelajari modul-modul serta mengimplementasikanya di sekolah.
Jika semua itu telah terlewati barulah kita mendapat "sertifikat guru penggerak". Pendidikanya tidak mudah dan panjang.
Diharapkan jika seorang guru telah menyandang guru penggerak, guru tersebut dapat menjadi motor penggerak rekan guru lainnya untuk berkoloborasi dan bersama-sama melakukan trasformasi pendidikan.
Walaupun dikenyataanya, itu tidak mudah!. Berbagai tantangan dari dalam dan luar sering kali menerpa guru penggerak. Belum kritik ini itu.
Dalam proses belajar dan bertumbuh itu semua adalah hal yang wajar, yang terpenting adalah terus berusa melakukan yang terbaik dan berkoloborasi untuk memajukan pendidikan.
Bahkan banyak rekan guru penggerak yang hari ini telah menajdi aktor pendidikan utama (kepala sekolah dan pengawas) serta telah memberikan perubahan yang signifikat pada sekolah yang dipimpin atau dibinanya.
Walaupun benar, untuk melakukan trasformasi pendidikan dan menjadi pemimpin pembelajaran tidak harus menjadi seorang guru penggerak.
Tetapi harus saya akui, program yang sangat kompetitif dan memberikan kesempatan kepada semua guru untuk mengikutinya serta memberi dampak yang nyata adalah suatu program yang perlu dilanjutkan.
Kendati akan dirubah namanya, formatnya atau cara pembelajarannya guru penggerak adalah guru yang memiliki kompetensi yang sama dan kesempatan sama untuk sama-sama membangun pendidikan Indonesia hari ini dan nanti.
Apa kabar guru penggerak?,
Toboali, 24 Februari 2024 (Agustian Deny Ardiansyah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI