Mohon tunggu...
Nadine Putri
Nadine Putri Mohon Tunggu... Lainnya - an alter ego

-Farmasis yang antusias pada dunia literasi, anak-anak, dan kamu. Penulis buku novela anak Penjaga Pohon Mangga Pak Nurdin (LovRinz 2022).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Jodoh untuk Ibu

19 Januari 2021   11:15 Diperbarui: 23 Januari 2021   18:30 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (thelifesquare.com)

Jika Tuhan masih memberi jodoh, harus kita terima dengan penuh syukur, kan? Ah, apakah aku mulai sok tahu? Tapi, setidaknya begitu pemikiranku. 

Suatu hari aku pernah bertanya pada ibu. Apakah di hidupnya sudah ada lelaki calon ayah baruku. Saat itu ibu sedang mengaduk tepung dan telur untuk dijadikan kue bolu.

"Memangnya kenapa, Putri? Kamu sepertinya kepingin banget, ya, punya ayah baru?" Ibu menjawab sambil lalu dengan tangan terus memegang mixer. 

"Ibu sudah terlalu lama sendiri. Masih cantik juga. Ibu mau kan, ada yang menemani di hari tua nanti?" ucapku dengan wajah berharap dan tersenyum polos memamerkan deretan gigiku yang kurang rapi. Iya, gigiku memang tidak sebagus ibu.

Sebenarnya sudah lama aku ingin memberi pagar pada deretan gigiku. Tetapi, yang paling aku inginkan adalah masa tua ibu tidak kesepian. Setidaknya ada teman bicara setiap hari agar kegiatannya tidak melulu dengan benda-benda mati. 

"Ibu bukan tidak mau punya suami lagi, Putri. Ibu cuma belum menemukan yang benar-benar layak untuk menggantikan almarhum ayahmu," jawab ibu sambil menyalakan kompor dan meletakkan oven tangkring di atasnya.

"Semua yang mendekati ibu, kebanyakan tidak serius. Hanya untuk menghilangkan rasa sepi tanpa ada kejelasan ke depannya. Setiap ibu tanya mau dibawa hubungan ini, rata-rata mereka tidak bisa menjawab. Ya, Ibu malas dong?!"

"Trus, ibu tinggalin?"

"Iya lah! Ngapain lama-lama kalo memang mau serius? Yang ada ntar nambahin dosa," jawab ibu yakin. 

Aku hanya menghela napas. Antara kagum dan kasihan padanya. Mungkin saat ini memang Tuhan belum mempertemukan ibu dengan jodohnya lagi. Tapi, jika aku boleh meminta, aku ingin ayahku besok dokter gigi saja. Biar gigiku yang kurang rapi ini bisa dipagari dengan gratis. Hehe. 

Boleh, ya, Tuhan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun