Kebanyakan mikir, mungkin itu yang dirujuk dengan frasa overthinking. Apa-apa dipikir, apa-apa ditelusuri apa hubungannya dan bagaimana dampaknya. Namun, kalau saya rasa, saya malah kebalikan dari overthinking. Yakni underthinking. Apa-apa tidak dipikir. Lebih dirasa. Atau diroso lan pangaroso. Lebih didekati dengan permenungan. Namun, saya coba mememetakan bagaimana overthinking menjadi bahaya bagi kesehatan jiwa dan fisik kita.
Berpikir memang hal yang biasa. Apalagi bagi kleyan yang suka perencanaan, sebelum melakukan sesuatu memanglah hal yang wajar. Namun, jika kamu selalu berlebihan dalam memikirkan sesuatu hingga mengorbankan banyak waktu, kemungkinan besar kleyan overthinking.
Hal ini tentu tidak boleh dianggap sepele karena bisa bedampak buruk bagi kesehatan mental dan fisikmu. Jadi mikiran, memang merujuk kepada kondisi yang serba khawatir, cemas, nervous, anxiety, stress, dan depresif. Maka dikenal adanya irational anxiety, kecemasan yang tidak rasional. Jadi overthinking yang dimaksudkan secara negatif, sepertinya merujuk kepada irational anxiety. Kecemasan yang berlebihan.
Kita coba melihat bagaimana overthinking dipahami oleh awam, yakni istilah untuk perilaku memikirkan segala sesuatu secara berlebihan.
Hal ini bisa dipicu oleh adanya kekhawatiran akan suatu hal, mulai dari masalah sepele dalam kehidupan sehari-hari, masalah besar, hingga trauma di masa lalu, yang membuat kleyan tidak bisa berhenti memikirkannya.
Hidup Untuk Hari Ini
Saya diberitahu oleh banyak literatur, bahwa masa depan belum tentu, masa lalu pasti sudah berlalu, dan kita hidup di masa kini. Maka, antisipasi terburuk tentang masa depan, dan siaplah untuk menerima hal terbaik di hari ini.
Ya pasti masa depan orang bisa mengkhawatirkan. Dan satu-satunya yang lebih sehat adalah hope, adanya harapan. Bukan overthinking.
Dan ini sudah berulang kali terjadi pada banyak tokoh masyhur. Misalnya, Victor Frankl yang hidup di zaman holocoust pembantaian kaum Semit di Jerman. Sebagian sahabatnya tewas sebelum dieksekusi karena stress dan depressi. Namun Frankl bisa lolos, tetap hidup dan melewati penjara Nazi sampai era kebebasan pasca Perang Dunia II.
Maka, ditemukanlah frasa Kebermaknaan Hidup. Ya namanya nalar Barat, intinya hidup harus optimis meski saat ini dalam kondisi kritis. Sedangkan bagi kaum beriman, hope diletakkan kepada Janji Janji Tuhan akan adanya kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan bagi orang yang sabar.