Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tanpa WhatsApp, Google, Internet, Facebook, Instagram, Twitter

14 Januari 2021   05:01 Diperbarui: 14 Januari 2021   14:13 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo telepon jadul di whatsapp yang bisa jadi kelak ditinggalkan pengguna (foto: tribunnews.com) 

TANPA WHATSAPP, serasa mengherankan karena selama ini kita sudah telanjur tergantung. Bukan sekedar gibah menggibah, saling bertukar info yang belum tentu valid tapi mengasyikkan, juga komunikasi gratisan tersebut juga bermanfaat untuk distribusi dokumen dengan lebih cepat ketimbang email, karena bisa langsung diunduh, dibaca, diedit, dan langsung saling reply seketika. Foto kegiatan juga bisa langsung hadir di depan mata.

Bagaimana hidup tanpa whatsapp? Selama ada aplikasi pengganti, yang sudah lama mereplace medsos ini sebenarnya, yakni telegram, saya kira tidak akan ada masalah besar. Bahkan juga media sosial lain masih banyak tersedia, facebook, instagram, twitter, selain platfrom medsos yang lebih bernuansa komunikasi 2 arah secara langsung yakni whatsapp atau telegram.

Semuanya sebenarnya berujung pada sarana komunikasi dan sosialisasi diri.

Komunikasi karena memang kenyataannya digunakan untuk saling bertukar informasi, up date situasi terkini, dan mewartakan apa yang terjadi di sekitar kita.

Sosialisasi karena ada juga tipe pengguna yang hanya sibuk menyimak, sekedar tidak ingin ketinggalan info meskipun juga tidak ingin terlibat proaktif terhadap hiruk pikuk komunitas medsos.

Untuk orang tertentu, sepertinya keheningan suatu saat akan menjadi pilihan yang membahagiakan. Hening jauh dari keramaian, kegaduhan, silang sengkarut duniawi. Tidak dipungkiri manfaat media sosial, namun dahulu sebelum ada media sosial, semua juga berjalan biasa-biasa saja. 

Bahkan revolusi Arab Spring, juga dipicu kegaduhan sliweran info propaganda lewat media sosial. Presiden Trump sampai diblokir twitter, juga karena sekilas kata ternyata berisiko Capitol Hill langsung diduduki dan mencoreng wajah demokrasi Amerika.

Whatsapp yang akan mengintegrasikan data dan jaringan dengan Facebook, karena pemiliknya sekarang sama, memang mengkhawatirkan bagi sebagian besar penggunanya. Sudah berulang kali terjadi, kejahatan lewat media sosial, baik individu maupun kesisteman.

Bahkan pemilik FAcebook yang notabene sekarang juga pemilik Whastapp, pernah dipanggil Kongres Amerika Serikat dan terjadi dialog yang menarik mengenai privasi, risiko berbagi privadi di dunia maya, dan apakah pemilik FB bung Max itu juga bersedia berbagi privadi di publik? Jawaban yang simpel dari sang pemilik adalah, jika memang tidak mau berbagi privadi, ya jangan menggunakan aplikasi medsos tersebut.

Teknologi menawarkan kemudahan bagi manusia, positif maupun negatif. Selalu ada celah kejahatan di dunia saat ini, bahkan vaksin yang diproduksi untuk kebaikan, tetap masih menimbulkan kecurigaan karena pada dasarnya manusia memang dipenuhi banyak prasangka.

Dapatkah kita hidup tanpa whatsapp dan media sosial lainnya?

Sebagian generasi mungkin tidak bisa, namun bagi generasi tertentu, atau kelompok masyarakat tertentu, yang sudah capai berhiruk pikuk dengan dunia yang serasa semakin menyebalkan, bisa jadi itu berarti perdamaian, hening, sepi, sepoi.

Well, hening sendiri bisa berarti kematian. Berpisah dengan media sosial di era sekarang ini, itu berarti kematian kita terhadap aktivitas dan interaksi sesama manusia.

Namun, jika itu adalah pilihan kita, tidak ada yang mampu mencegah. Pada suatu ketika, mau tidak mau, kita memang akan berpisah dengan semuanya. Pilihannya hanya ada 2, kita meninggalkan jejak kebaikan, atau ikut dalam kegaduhan.

Jika whatsapp selama ini berguna, ada perasaan kehilangan. Dan itu bisa digantikan oleh aplikasi lain.

Jika media sosial selama ini hanya membuat kegaduhan, termasuk internet, google, facebook, instagram, twitter, maka seperti pilihan beberapa sahabat saya, berhenti total dari dunia media sosial. Setiap pilihan ada risiko dan harga yang harus dibayar. Seperti dunia yang sangat indah mempesona dengan kecanggihan peradaban manusia dan alam yang dipenuhi eksotika, itu pun kelak akan kita tinggalkan. 

Tanpa whatsapp, masih banyak aplikasi pengganti. Cukup menggiurkan juga jumlah pengguna whatsapp yang 1,5 milyard orang, sementara telegam baru 300 juta orang. Jika semua pengguna whatsapp migrasi ke telegram, maka .. wow.... dahsyat dari potensi bisnis di depan mata. 

Tanpa internet, wah.... nanti dulu... bagaimana dengan email dan saling kirim jurnal artikel dan sebagainya? 

Selain itu, pembelajaran saat ini sudah sangat tergantung pada internet. Seperti di STIAMAK BArunawati Surabaya, sama dengan banyak perguruan tinggi yang lain, mahasiswa baru 2020/2021 bahkan belum sempat bertemu fisik secara kelompok di kampus. Daring, semakin dominan ketimbang luring. Inilah new normal, yang tidak terhindarkan. Berpisah dengan whatsapp, bisa jadi karena ada produk pengganti. Lepas dari internet, hampir tidak mungkin. 

....... (14.01.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun