Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Lolo dan Bibib

16 November 2020   07:27 Diperbarui: 17 November 2020   01:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kadang tanaman lebih indah dilihat ketimbang manusia (foto: fb)

Geger kepulangan tokoh ormas, mulai dari penjemputan yang memacetkan, sampai cacian lewat twitter, ini nyata atau fiktif semata?

Siapa di balik apa, mengapa terjadi sedemikian rupa, membawa agenda apa, dan target utamanya bagaimana, 

Hawa panas gerah memerah, protokol kesehatan dilanggar, saling membantah dalam perijinan, jadi seberapa hebat kekuatan itu, sehingga menyibukkan pihak ini itu..

Sedangkan utusan Tuhan tidak pernah memaki, namun ini mengaku penerus mengapa menebar caci, dan sungguh tidak berimbang, 

Satu pihak merasa wakil tuhan yang penuh klaim kebenaran, kesucian, sedangkan pihak lain wanita yang dibilang penjual komoditas itu saja, 

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Sampai seorang jenderal berkata, biarlah Tuhan yang akan menghukum kerumunan, sementara kerumunan merasa penuh kebenaran, jika toh ada yang wafat itu adalah sebuah takdir kebenaran...

Aduh... siapa yang harus diikuti, seorang anak ikut mengaji, bertanya kepada ibunda terkasih, "Bunda, apa yang dinamakan lo lo  itu...?"

Ibunda malu, memerah muka penuh semu, "Nak, jangan kau ulang sebutan itu, itu makhluk jahanam yang menebar kejahatan.."

Anak tampak tidak paham, mengapa istilah itu berulang disebutkan, oleh orang yang ditokohkan, dan dengan gegap gempita, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun