Bisa juga dengan saling membawa makanan. Dijadikan satu, dimakan bersama. Kayak kado silang. Intinya, bersama gembira di musim panas. Piknik. Cukup ke taman terbuka. Kalau di kita, piknik rasanya harus jauh jauh ya. Orang Eropa ada juga yang jauh, misalnya ke Jogja atau Bali. Lha malah terbalik kan. Kita sedang barbeque di Eropa, orang Eropa malah piknik ke Bali.
4) Membuka jendela kamar dan berjaga sampai jam 11 malam
Aneh kan, membuka jendela kamar jadi salah satu kegiatan menyenangkan. Lantas, saya sempat heran ketika jendela dibuka, serangga serangga ada yang terbang keluar.
Rupanya baru menetas di musim panas. Di taman bawah asrama, terdengar dengung tawon madu yang juga berpesta atas datangnya musim panas. Tawon yang dipelihara di kotak khusus.
Di musim panas, matahari bisa terbit jam 04 pagi dan tenggelam jam 11 malam. Bayangkan jika pas Ramadhan, pasti nyaman di perut yang kosong lama ya.. Hehe.. Itulah ujian besar. Meski demikian, ada ruhksoh (keringanan), boleh berpuasa di waktu lain yang jarak jamnya tidak terlalu lama.
Bagaimana dengan biaya hidup di Swedia ? Secara ringkas, harga makanan berkisar 30 - 70 SEK (Swedish Kroner), setara dengan 50 an ribu sampai 140 ribu, sekali makan.
Namun jika masak sendiri, ya lebih murah. Ada banyak sayuran dari Vietnam Shop, Halal Meat milik Palestine Shop, dan lain sebagainya. Uang saku dari kampus sendiri diberikan sekitar 3000 SEK atau ya sekitar 6 juta rupiah sebulannya. Pada tahun 2005 an lah.
Dengan biaya asrama atau apartemen yang sekitar 2000 SEK s.d. 5000 SEK< atau kisaran 4 juta sampai sekitar 10 juta per bulan, maka diperkirakan biaya hidup lajang di Swedia ya sekitar 15 an juta rupiah.
Nah, sedangkan kalau dibandingkan dengan biaya hidup di Surabaya, kelas lajang mahasiswa, ada kisaran 1,5 juta sampai sekitar 3 juta rupiah per bulan bahkan untuk data pada tahun 2020 ini.