Ia seorang gadis belia. Cantik jelita. Juga dianugerahi kepandaian yang luar biasa. Orangtuanya juga kaya raya.
Tapi banyak orang heran dengan pria pilihannya. Pria pilihannya adalah seorang yang sangat sederhana. Tak tampan, dan tak pandai pula. Harta juga tak berpunya.
Ketika ditanya mengapa, sang gadis lalu mengemukakan alasannya. Cinta itu tak mengenal rupa, derajat, kepandaian, dan harta. Cinta tumbuh begitu saja. Sang gadis mengatakan bahwa pria yang dipilihnya adalah seorang yang mulia, apa adanya, dan sangat mengasihinya. Juga sang pria sangat membutuhkan cintanya sebab cinta tak dipunyainya semasa kecil sebab kedua orangtuanya sudah meninggalkannya sejak ia muda belia. Bukankah orang sakit yang membutuhkan dokter dan bukan orang yang baik-baik saja?
Jika orang-orang tak senang atas pilihannya, sang gadis mengatakan biarkan saja. Yang menikmati cinta adalah dia dan kekasihnya. Orang lain hanyalah penonton yang tak bisa merasakan indahnya cinta mereka berdua.