Ketika masih sebagai gadis belia, ia selalu meminta kepada ibunya untuk membaca cerita. Ya cerita yang sama tentang Cinderela. Harapannya jika dewasa nasibnya seperti Cinderela. Ada pangeran tampan yang meminangnya membawa kereta kencana dan ia jadi permaisuri raja yang masyur serta kaya raya.
Kini ia sudah dewasa dan ibunya sudah lama tiada. Sang gadis masih tetap ingat cerita Cinderela. Tapi sampai kini tak ada pangeran tampan kaya raya yang datang meminangnya. Ia juga tetap harus bekerja keras dan tak bisa lepas dari hidup pas-pasan.
Ada sih pemuda tetangga sebelah rumahnya. Ia tak tampan benar. Juga tak kaya raya. Tetapi ia selalu menjanjikannya hidup bahagia. Kata sang pemuda, ia nanti akan bekerja keras demi masa depan mereka. Pokoknya sang pemuda berjanji akan membahagiakannya. Bahagia, kata sang pemuda, kan tak harus diukur dari harta benda yang dipunya. Salah satunya dengan saling setia sampai akhir usia.
Dalam doa di suatu malam, sang gadis mendapat bisik yang  mencerahkan. Suara hatinya mengatakan hidup senyatanya tak seperti dongeng Cinderela. Maka keesokannya diputuskannya menerima lamaran sang pemuda. Harapannya, semoga sang pemuda akan selalu memenuhi janjinya. Membahagiakannya meski tak dengan berlimpah harta benda.