Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Girl, The Doll, and The Zombie

11 Oktober 2021   10:16 Diperbarui: 30 Oktober 2021   21:09 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari Pixabay

Kartini ketakutan. Apalagi ketika zombie cilik itu berjalan menghampiri lemari dengan langkah-langkah lebar, sambil mendesis-desis pula. Kartini memandangi isi lemari, berusaha mencari-cari sesuatu yang bisa dipakai pegangan. Tidak ada apa-apa! Tapi tunggu! Tangannya menyentuh sesuatu...pistol? Tongkat sihir? Sarung tangan Thanos? Kartini buru-buru mengamatinya dengan harap-harap cemas, dan benda itu ternyata.... kemucing, saudara-saudara! 

Kemucing dari rotan dengan bulu-bulu tebal warna-warni. Kartini langsung mengkerut kembali. Terlambat sudah. Zombie cilik itu sudah di depan lemari. Tangannya terulur....tapi kok tidak membuka lemari? Cuma merogoh ke kolongnya, mencari-cari sebentar, lalu menarik keluar seekor tikus yang meronta-ronta. Zombie cilik itu mendesis kegirangan dan langsung melahap tikus itu seperti Sasuke menelan sepotong sashimi segar.

Kartini bernafas lega. Setelah bersendawa lumayan keras, zombie cilik itu berputar balik dan tidak lagi menggubris lemari tempat gadis itu sembunyi. Lebih menggembirakan lagi, setelah tengok sana-sini dengan ekspresi bosan, si zombie cilik akhirnya kembali melangkah ke lubang saluran pembuangan. 

Dia berjongkok, siap-siap mau masuk, sebelum tiba-tiba tertegun. Seperti teringat sesuatu. Perlahan dia menengok boneka Spongebob yang tergeletak di lantai, terpekur sejenak, sebelum memutuskan memungutnya. 

Mungkin karena baunya, mungkin karena namanya juga masih kanak-kanak (meski zombie), yang jelas zombie kecil itu sekarang menggendong boneka tersebut buat dibawa serta ke dalam saluran.

"Spongebooob...!" rintih Kartini mengetahui hal itu. Kelegaannya runtuh seketika. Matanya nanar mengintip boneka kesayangannya dibawa si zombie cilik. Dia mulai terisak. Seolah benar-benar mau berpisah dengan seseorang yang sangat dikasihinya. 

Kasihan Spongebob! Squidwad pasti akan menyakitinya. Padahal Kartini sudah janji mau melindungi. Apa yang dibilang Mama nanti? Sudah diajari cara melawan Squidwad kok malah cengeng? Kartini menengok kiri-kanan lagi. Mencari-cari lagi. Apa saja! Tapi tetap saja yang ada hanyalah kemucing. Kemucing...kemucing...Kartini memandangi kemucing itu. Berpikir...berpikir....

Si zombie cilik sudah jongkok, siap masuk ke dalam lubang saluran, dengan Spongebob dalam gendongan, ketika tiba-tiba terdengar suara pintu lemari terbuka, disusul seruan, "Hei, Squidwad!"....si zombie kecil menoleh dengan cepat, dan melihat Kartini berdiri tegap (meski kakinya gemetar) dengan sikap menantang. Kemucing tergenggam erat di tangan kiri, seolah itu sebuah senjata pamungkas. "Jangan coba-coba menculik Spongebob!" ujarnya. Si zombie kecil mendesis ganas, mencampakkan boneka di tangannya, lalu menyerbu kencang ke arah Kartini.

"Tetap tenang....tetap tenang," gumam Kartini ketika si zombie cilik berlari mendekat. Dan saat jari-jari makhluk itu terjulur buat menerkam, Kartini lebih dulu menyambar pergelangan tangannya, lalu memuntir dan mengayunkannya dengan gerakan aikido - seperti yang dipraktekkan di kamar. Karuan saja zombie cilik itu terjungkir-balik sebelum jatuh berdebam di dalam lemari. 

Kartini pun cepat-cepat menutup kedua pintunya, lalu mengganjal pegangannya dengan kemucing. Zombie cilik itu berusaha membukanya, tapi kemucing yang tebal tersebut ternyata cukup alot menahan dorongan dari dalam. Terdengar geram kemarahan yang mengerikan. Lemari itu sampai bergetar-getar.

"Spongebob!" seru Kartini sambil menghambur dan memeluk bonekanya. "Sudah kubilang aku akan melindungimu!".....KRAKK! suara berderak itu membuat Kartini berpaling ke lemari. Gawat! Kemucing itu mulai tidak kuat menahan gempuran dari dalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun