Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyummu dan Rahasia Pagi

6 September 2025   05:06 Diperbarui: 6 September 2025   05:16 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: travelspromo

Pagi selalu datang dengan rahasia kecilnya.
Ada sejuk embun yang menetes di ujung daun,
ada kicau burung yang tak pernah lelah bernyanyi,
dan ada cahaya mentari yang perlahan-lahan menyibak selimut malam.
Namun bagi hatiku, pagi tidak pernah benar-benar lengkap,
jika aku tidak menghadirkan senyummu di dalamnya.

Senyummu, sayang, adalah matahari dalam hidupku.
Ia bukan sekadar lekukan bibir yang menawan,
tetapi cahaya yang membangkitkan semangat,
menyembuhkan luka,
dan mengingatkan bahwa hidup ini selalu pantas disyukuri.
Setiap kali aku mengingat senyummu,
seluruh gelisah seakan larut,
berganti dengan damai yang menyerupai doa.

Wajahmu---lembut, teduh, penuh ketenangan---
seringkali aku bayangkan sebagai rembulan.
Rembulan yang tidak pernah bersaing dengan matahari,
namun selalu setia memberi terang pada gelap malamku.
Di balik kelembutannya, aku tahu engkau menyimpan kekuatan besar.
Engkau adalah pribadi yang tangguh,
yang tak pernah menyerah walau badai menghadang.
Dan dari wajahmu itu aku belajar,
bahwa cinta bukan sekadar kata,
tetapi ketabahan untuk terus hadir di samping orang yang kita cintai.

Rambutmu, sayang, bagai mayang terurai,
jatuh seperti tirai sutra yang mengundang tenang.
Dalam setiap helainya,
aku melihat cerita panjang perjuanganmu.
Rambutmu bercerita tentang hari-hari penuh kerja keras,
tentang doa-doa yang kau panjatkan dalam diam,
tentang kasih sayang yang tanpa pamrih
kau berikan untuk keluarga.
Setiap kali bayangan rambutmu menari di ingatanku,
aku merasa seperti sedang berada di tepi sungai suci,
mendengar airnya mengalun,
mengingatkan pada kesejukan cinta yang tulus.

Bibir indahmu adalah rumah bagi kata-kata penuh makna.
Kadang ia lahir dalam bentuk nasihat,
kadang dalam bentuk tawa yang membuat segalanya terasa ringan,
kadang dalam bentuk doa yang diam-diam kau bisikkan,
agar kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Bibir itulah yang melahirkan senyum menawan itu,
senyum yang telah menawan hatiku sejak pertama kali kita bertemu.
Senyum yang bukan hanya indah dipandang,
tetapi juga indah dirasakan,
karena ia lahir dari jiwa yang penuh cinta.

Sayang, engkau bukan hanya perempuan cantik dengan wajah menawan.
Engkau adalah cahaya keluarga.
Engkau adalah teladan bagi anak-anak kita,
tentang bagaimana menjadi pribadi yang teguh,
tentang bagaimana tetap lembut meski kehidupan kadang keras,
dan tentang bagaimana tetap setia pada cinta yang tulus.
Aku sering tertegun memandangmu dari jauh.
Dalam diam aku berbisik pada semesta:
"Terima kasih, Tuhan, telah menghadirkan dirinya dalam hidupku."

Engkau adalah rumah bagi hati yang letih,
tempat aku kembali setiap kali dunia terasa melelahkan.
Engkau adalah pelita yang menuntunku
saat jalan terasa gelap.
Engkau adalah telaga yang menenangkan,
saat dahaga cinta membuatku gersang.
Dan engkau adalah doa yang tak pernah berhenti,
bahkan saat aku terjebak dalam sibuknya dunia.

Selamat pagi, sayang.
Semoga engkau tahu,
bahwa cintaku padamu bukan sekadar kata,
bukan sekadar janji,
tetapi kehidupan itu sendiri.
Aku bangga mencintaimu.
Aku bangga berjalan bersamamu.
Aku bangga belajar darimu,
tentang arti ketulusan, kesetiaan, dan kasih yang sejati.

Pagi ini, ketika matahari naik perlahan,
aku ingin mengucapkan sesuatu yang sederhana
namun lahir dari dasar hatiku:
"I love you, sayang."
Bukan hanya hari ini,
tetapi juga besok,
dan setiap pagi yang akan kita jalani bersama.
Aku mencintaimu dengan segenap jiwaku,
tanpa syarat, tanpa batas, tanpa akhir.

Hidup kadang seperti ombak di pantai selatan,
tinggi, keras, dan mengguncang.
Namun bersamamu, aku merasa berani.
Karena aku tahu, tanganmu selalu menggenggamku erat.
Engkau mengajarkanku,
bahwa cinta sejati bukan sekadar berjalan di musim semi,
tetapi juga bertahan di musim badai.
Dan pagi ini, aku ingin berjanji sekali lagi:
aku akan selalu ada di sampingmu,
sebagaimana engkau selalu ada di sampingku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun