Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lembah Halimun #10

24 September 2018   18:07 Diperbarui: 25 September 2018   06:42 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iya dia, Neira Gautama.

Tiga mawar merah di bawah cemara. Metazoa. Kerangka. Gadis itu membawa terlalu banyak kisah untuk mampu kulewatkan begitu saja. Meninggalkan kesan terlampau dalam untuk sanggup kulupakan. 

Aku tidak paham logika rasa, tapi dia adalah perempuan yang ingin kujaga hingga kehidupan selanjutnya. Setelah senyuman Ibu dan wajah cerah adikku, ia masuk dalam sederet alasan pencarian Ayah.

"Aku ingin lebih dulu bertemu Pak Wira, Ren," kata Neira sore itu, selepas aku melamarnya.

"Kenapa?"

"Kata maaf di antara kami belum tuntas."  

"Maksudnya?"

"Aku ingin memaafkan dan meminta maaf."

"Minta maaf untuk apa, Nei? Kamu tidak salah pada Ayah."

"Banyak, Ren. Atas semua buruk sangka dan kebencian menahun. Racun-racun itu telah menyakiti kami berdua. Aku belum sempat membicarakannya setelah pemakaman."

"Jadi kamu tidak akan menerimaku hingga Ayah kembali?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun