Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sumpah Sampah #9

22 September 2018   05:53 Diperbarui: 24 September 2018   07:07 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ba ... pak ..."

Tertuntun suara Rivan, kakiku melangkah tanpa kesadaran. Ujung mataku menangkap tangan Rivan yang menggenggam erat jeruji besi.

Hatiku tidak lagi merasakan apa-apa. Terlalu banyak kecamuk yang menyiksa.

Seperti gerakan mesin pengeruk, kusingkirkan sampah-sampah yang mengepung tubuhnya. Air mata menetes tanpa bisa kutahan. Aku memeluknya erat, menangis sesenggukan.

"Bapak ... Bapak tidak perlu menangis. Aku sudah menyelamatkan Bapak," bisik anakku.

"Apa ... Rivan ngomong apa?" tanyaku dengan sengguk dan sekat di tenggorokan.


"Waktu bertengkar ... sama Ibu, Bapak sumpah mati ... tidak buang sampah ... di sungai lagi kan. Sekarang Bapak sudah aman ... tidak akan mati," tutur Rivan.

"Jadi ..."

Lemah, Rivan membuka genggaman tangan.

Di sana, tersimpan rokok basah yang sudah dihisap setengah.

.... bersambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun