Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | 344 Meter per Detik #4

14 September 2018   08:53 Diperbarui: 18 September 2018   00:44 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayah ingat kan dengan Neira? Aku sadar ekspresi Ayah berubah ketika Neira datang. Semudah itukah Ayah memberi harga pada nyawa orang lain?"

Aku menggeleng pelan. Tidak pernah semudah itu. Tidak pernah mudah. Tidak pernah, Ren. Jawabanku tertahan di tenggorokan. Bibirku hanya terbuka tanpa suara.

Reno beranjak pergi.

"Ren ..." Aku memanggilnya pelan.

"Ya?"

"Jangan ... lupa sholat."

"Ya, sudah ada panggilan," jawab Reno penuh arti, berlalu menutup pintu. Suara langkah dan punggungnya yang menjauh menyerupai mata gadis itu. Mendatangkan hantu-hantu. Di genggamanku, satu amplop dari Serunai Group telah kehilangan bentuk. Remuk.

Gemetar, aku memeriksa isinya. Hanya ada secarik kertas dan hal-hal suram tak kasat mata. Tanpa logo perusahaan. Tanpa salam pengantar. Tanpa kata-kata klise seperti surat resmi pada umumnya. Di tengah lembaran berwarna putih itu hanya ada dua simbol yang ditulis dengan tinta merah. Segitiga dan sebuah tanda seru. !

Satu-satunya tempat bagi surat semacam itu hanyalah kotak sampah. Menjadi teman bagi segala bentuk material yang dihindari orang. Bisa karena tidak berguna, berbau busuk, atau penuh penyakit berbahaya. Makanan basi, misalnya.

Aku sudah terlalu sering kalah, tapi kali ini bukan saatnya. Tanah berbentuk segitiga itu tidak akan kuserahkan pada mereka. Gadis itu sudah datang. Ia memijak tanah ini dengan membawa semerbak kenangan tentang seseorang yang hilang.

Tanpa perlu banyak pertimbangan, akan kuserahkan segala yang kumiliki untuknya. Meski harus menantang pembunuh bayaran, aku siap mendongakkan kepala. Menegakkan badan demi membayar sederet dosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun