Mohon tunggu...
Novita Nur Azizah
Novita Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta miaw

Mahasiswa_Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia_Universitas Tidar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Insomniaku di Tahun Baru Kembali Memutar Memori Indahku

17 Januari 2022   21:53 Diperbarui: 18 Januari 2022   05:32 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         

Malam Sabtu tepat malam di akhir 2021, seperti biasa hari itu tidak ada yang berbeda dari biasanya. Situasi covid yang belum sirna juga membuat sepi di sekitar lingkunganku, bunga api mekar saat tengah malam saja, di awal malam tidak demikian.

Tiba-tiba Bapak pergi keluar mengajak Ibu, hmm tambah sepi di rumah hanya ada Kakek dan Nenek. Ku habiskan awal malam itu dengan menonton film di youtube, terkadang membalas chating teman yang hanya sekedar menanyakan “kamu di rumah, gak keluar?” tentu jawabanku hanya, “iya kan aku anak rumahan.” Memang aku tidak pernah keluar malam hari kecuali ada hal yang sedikit penting seperti mengerjakan tugas ataupun kumpul di lingkungan rt seperti pembentukan sebuah panitia dalam suatu acara.

Jam menunjukan pukul setengah sembilan malam. Orang tuaku pulang membawa sesuatu yang terbungkung plastik warna putih berbau harum. Ku ikutilah bau harum itu, dan sesuatu yang harum itu tergeletak di atas meja makan, aku membukanya dengan buru-buru, “Wah lele bakar, baru kali ini tahun baru ada hal yang istimewa.” Ucapku dalam hati.

 

“Wis ndang dimaem kui! Jipukna piring, wehke mbah sik iki!” Ibuku menyuruhku untuk segera menata makanan dan membagikannya kepada para penghuni rumah.

Kamipun makan bersama di depan televisi dengan beralaskan tikar. Kami makan diselingi berbagai obrolan dan derai tawa karena sebuah acara komedi saat itu. Rasa nikmat lele bakar itu dilapisi kebahagian dan kehangatan keluarga saat makan bersama dan lapisan itu mampu menambah kenikmatan makananku berkali-kali lipat.

Tahun baru dengan makan makanan dari luar ini adalah pengalaman pertama kalinya bagi diriku, tahun-tahun sebelumnya belum pernah seperti ini.

Kebiasaan dari keluargaku adalah tidak tidur larut malam, maka dari itu aku pun merebahkan badan pukul 10 malam. Karena kebahagiaan dan rasa geli dari bayangan acara komedi tadi masih mengelilingi kepalaku, hal itu membuatku sulit tidur.

Hingga semua jarum jam berada tepat di angka dua belas, bunga api bermekaran menimbulkan suara menggelegar yang membuat terkejut ketika sedang melamun. Entah kenapa aku tiba-tiba meneteskan air mata. Aku bersyukur, aku bahagia atas semua karunia dan pemberian Allah serta terkabulnya keinginanku. Kembali ku menginggat di tahun yang baru saja kulewati, aku pernah begitu ngedown karena kegagalanku pada SNMPTN (sebuah jalur masuk perguruan tinggi menggunakan nilali rapot sebagai pertimbangan kelolosan), tetapi sesungguhnya Allah telah menjadikan SBMPTN (jalur masuk perguruan tinggi menggunakan tes) sebagai jalannya. 

ketika itu aku begitu kecewa karena hanya menggantungkan harapan pada satu seleksi SNMPTN. Mengingat aku dari SMK yang hanya fokus mempelajari mapel kejuruan, jelas aku tidak ingin sama sekali mempelajari materi anak SMA yang menurutku berat untuk dipelajari. Terlebih waktu itu tugas sekolah sangat padat mulai dari ujian agama, praktik, dan teori. 

Alhasil dari ekspektasi yang begitu tinggi tanpa mau usaha lebih, aku merasa begitu kecewa ketika dinyatakan tidak lolos di SNMPTN. Orang tuaku sudah bilang jika aku gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri aku harus bekerja namun aku sendiri belum siap untuk hal itu.

Selama seminggu aku murung di kamar, badan tambah kurus, mata cekung, bibir pecah-pecah, diriku tampak suram seperti orang yang tidak lagi punya mimpi. 

Aku dibangkitkan oleh satu temanku, dia membujukku agar ikut SBMPTN, segala cara ia merayuku hingga akupun kembali memiliki bara semangat lagi. 

Orang tuaku tidak memiliki biaya untuk memasukkanku ke sebuah bimbel. Dengan modal memecah uang celengan, aku membeli sebuah buku SBMPTN. Setiap hari kubuka setiap lembarnya, perasaan bosan kadang menerpa tapi aku berusaha menghilangkannya.

Karena aku anak SMK yang tidak begitu banyak mendapat materi anak SMA seringkali aku kesulitan memahami materi. Hingga aku pun berinisiatif untuk bergabung di berbagai grup pejuang PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di media sosial untuk menanyakan beberapa hal atau materi yang tidak aku pahami. Perlahan aku semakin paham tentang isi buku yang ku pelajari itu.

Singkat cerita, hingga akhirnya aku mengikuti tes SBMPTN, saat soal selesai kukerjakan aku merasa tidak maksimal dalam mengerjakannya. Semua hanya kupasrahkan kepada Allah saja.

Pada saat pengumuman SBMPTN akhirnya aku lolos, sungguh gembira tak terkira, terima kasih bukuku, terima kasih teman di grup media sosial, terima kasih kawanku yang merayuku, terima kasih untuk bapak, ibu dan Allah, tanpa kalian aku akan kembali menjadi orang tanpa mimpi. Aku belajar dari peristiwa tersebut, bahwa kegagalan tidak boleh menghentikan langkah kita. Banyak jalan menuju roma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun