Mohon tunggu...
Novita Mandasari
Novita Mandasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Seorang istri sekaligus pengajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jauhkan Kelompok Rentan dari Rokok agar Bangsa Sehat

19 Agustus 2018   21:04 Diperbarui: 19 Agustus 2018   21:24 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaan orangtua yang merokok menjadi faktor utama yang menyebabkan anak merokok. Di dalam kehidupan sehari-hari terlihat seorang bapak atau ibu yang perokok sering sekali menyuruh anaknya untuk membelikan rokok di warung.

Kebiasaan itu kemudian ingin dicoba anak dan selanjutnya anak menjadi ketagihan. Oleh sebab itu bila orangtua tidak bisa berhenti merokok, ada baiknya jangan merokok di dalam rumah atau dihadapan anak.

Selanjutnya, harga rokok yang relatif murah dan mudah di dapat membuat anak-anak kelompok rentan ini menjadi perokok. Rokok bebas dijual dimana saja bahkan di lingkungan sekitar sekolah. Anak sangat mudah mendapatkan rokok, ditambah lagi rokok bisa dijual dalam bentuk ketengan. Satu batang rokok dijual Rp. 1000 bahkan ada di bawahnya. Dengan uang saku Rp 5000-10.000/hari anak dapat membeli beberapa batang rokok.

Inilah yang mengakibatkan daya ingat, dan keinginan anak untuk belajar menjadi rendah. Selain itu anak-anak yang perokok juga cenderung malas ke sekolah. Anak-anak yang sudah merokok jadi lebih senang nongkrong di warung-warung sekitar lingkungan sekolah.

Menarik apa yang disampaikan Abdillah Ahsan , "membeli rokok itu membeli penyakit dan ini sungguh tidak masuk akal". Sebungkus rokok Rp.15.000/hari, itu sama dengan Rp. 450.000 sebulan, dan dalam setahun bisa menjadi 7 juta.

Sebanyak 7 juta uang dibakar, padahal yang didapat hanya penyakit. Padahal bila uang tersebut dibelikan susu, telur, daging, ikan, dan kebutuhan pokok lainnya keluarga Indonesia bisa menjadi keluarga yang sehat.  

merdeka.com
merdeka.com
Selain murah dan mudah didapat, faktor lainya yang menyebabkan jumlah perokok terus bertambah adalah maraknya iklan rokok. Pemahaman pemerintah tentang bahaya rokok kalah dibanding dengan iklan rokok di TV atau baliho-baliho di jalan.

Isi iklan yang menggambarkan orang merokok itu hebat, keren, memiliki energi yang kuat, sukses, dan juga dituliskan harga rokok yang murah serta dijual ketengan. Iklan rokok seperti ini tidak mungkin memberikan efek jera bagi perokok malah sebaliknya semakin membuat jumlah perokok semakin bertambah.

Peningkatan perokok di kelompok rentan anak-anak dan remaja menurut survei Global Youth Tobacco tahun 2009-2014 dan Badan Litbangkes disebabkan dua faktor yaitu iklan sebesar 46,3% dan sponsor rokok di berbagai event sebesar 41,5%.

Padahal, konstitusi mengamanatkan kepada pemerintah selaku pengemban konstitusi agar mengendalikan konsumsi rokok. Regulasinya cukup lengkap mulai dari Undang-undang Bea Cukai tentang tarif cukai rokok, Undang-undang kesehatan tentang zat adaptif yang terdapat pada rokok, dan hak mendapatkan udara yang bersih adalah bagian dari Hak Azasi Manusia.

Peringatan tentang bahaya merokok juga sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun