Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wirausaha

Fobia pada mantan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Mudah untuk Hidup yang Lebih Tenang

5 September 2025   12:46 Diperbarui: 5 September 2025   20:15 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya, hari gini hidup tenang itu perkara materi. Karena ketika semua kebutuhan yang menyangkut materi bisa tercukupi--bahkan berlebih, maka hati akan tenang dan hidup pasti bahagia.

Di satu sisi hal itu memang benar, tapi di lain sisi... kamu hebat jika hati, pikiran, dan hidupmu bisa tenang meski berada dalam keterbatasan. Dan untuk itu, ada cara sederhana yang bisa kita praktikkan untuk mencapai hidup yang lebih tenang, seperti yang saya uraikan di bawah ini:

1. Selalu Bersyukur dalam Kondisi Apa pun
Mensyukuri apa pun kondisi kita, mulai dari hal yang terkecil sampai hal yang besar. Saya percaya bahwa orang yang pandai mensyukuri nikmat yang kecil, maka kelak Tuhan akan mempercayakan nikmat yang lebih besar kepadanya.

Selama kita masih diizinkan hidup, artinya: jatah rezeki untuk kita masih ada di dunia ini. Percaya, Tuhan masih menyediakan rezeki-Nya untuk kita. Baik rezeki dalam hal materi, maupun rezeki dipertemukan dengan orang-orang yang baik.

Dalam setiap rasa syukur, kita akan menemukan ketenangan. Ketenangan akan membuat kita terhindar dari perasaan tertekan atau stres. Ketika kita tenang, maka kita dapat berpikir lebih jernih dan menghasilkan banyak ide positif.

2. Bangun Aura Positif Pada Diri Sendiri
Saat dalam kondisi terpuruk, sebagian orang akan menagis. Sebagian lagi, hanya bisa melamun sendiri saking merasa terpuruknya. Tak ada yang salah dengan menangis atau melamun, tapi jangan berlarut-larut.

Bangkit dan bangunlah aura positif dengan mensugesti diri sendiri. Caranya, katakan dengan penuh keyakinan bahwa: "Saya orang yang beruntung." Sebab, selama kita masih diberi nafas, maka harapan akan selalu ada. Dan keberuntungan bisa datang kapan pun, serta dalam bentuk apa pun.

3. Kelola Waktu Berpikir, Jangan Siksa Diri
Seberat apa pun masalah kita, jangan menyiksa diri dengan memikirkan masalah itu sepanjang hari. Ada kalanya solusi justru hadir dalam benak kita, ketika kita sedang tidak fokus memikirkan masalah itu. Semua orang berhak merasakan ketenangan walau sejenak, walau sebenarnya ada sejuta permasalahan dalam hidup kita.

4. "Peduli" Banyak Hal, Kapan Harus "Bodo Amat"
Mencuri kesempatan untuk melakukan banyak hal bermanfaat. Dimulai dari lingkup terkecil di dalam keluarga, lalu meluas ke sekitar kita. Peduli dan perhatian pada hal-hal kecil yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Saya sendiri punya prinsip: "Tanamkan banyak kebaikan, yang bisa membuat orang lain melupakan satu keburukanmu."

Namun, ada beberapa hal yang memang harus disikapi dengan "bodo amat". Dalam tulisan yang lalu, saya pernah membahas tentang mengapa harus "bodo amat" pada mereka yang membenci kita. Padahal tak sebatas itu, demi menjaga ketenangan hati, sikap ini sangat diperlukan untuk beberapa hal yang tidak penting bahkan cenderung menjadi toxic.

Contoh: Si A mengatakan padamu, "Eh, mantanmu sekarang pacaran lho sama si B." Nah, inilah waktunya kamu wajib bersikap bodo amat. Tapi... ini harus beneran bodo amat ya! Jangan cuma bilang bodo amat, tapi sebenarnya kepikiran. Jangan ya! Karena di sinilah kesehatan mentalmu sedang diuji, maka untuk tetap waras.. bersikaplah bodo amat.

Saya sendiri selalu berpedoman pada kalimat sakti ini: "Hiduplah seperti garam, secukupnya saja. Jangan melihat apa yang tidak perlu dilihat, dan jangan mendengar apa yang tidak perlu didengar."

5. Tidak Mencampuri Urusan Orang Lain
Setiap orang hidup dengan urusan dan masalahnya sendiri. Tuhan memberi ujian sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.

Jika menyelesaikan urusan sendiri saja sudah membuat kita pusing, buat apa ikut campur urusan orang lain? Apa lagi sampai jadi tukang adu domba. Tidak ada gunanya ikut campur urusan orang lain, di mana urusan tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali bagi diri kita.

Lain halnya jika kita dimintai pendapat, maka inilah saatnya kita menjadi pendengar yang baik, sehingga bisa memberi masukan yang terbaik pula.

6. Jangan Mengingat-ingat Apa yang Membuat Hatimu Sakit
Mustahil kita bisa melupakan apa yang begitu membekas di hati dan ingatan kita. Tapi alangkah baiknya, jika kita tidak mengingat-ingat lagi hal yang hanya membuat hati kita sakit.

Jika terus diingat, maka hati tidak akan tenang, kesal terus, dan rasanya ingin selalu mengumpat, bahkan membalas rasa sakit itu. Kalau begitu terus, bagaimana kita bisa tenang? Jangan mengundang penyakit. Berhentilah mengingatnya, sembuhkan sendiri luka itu dengan lebih mensyukuri hidup saat ini.

Sampai di sini, sekian kiranya yang bisa saya bagikan dalam tulisan ini. Hidup yang tenang bukan berarti hidup terbebas dari masalah, tapi di tengah segala permasalahan itulah kita bisa melatih diri untuk tetap menjaga kewarasan.

Ketenangan bukanlah dari bagaimana dunia luar memperlakukan kita, melainkan bagaimana cara kita memperlakukan diri sendiri dalam mengelola hati dan pikiran.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun