Kutitip rindu di sudut senja, pada angin yang enggan membawa jawaban
Dan kukirim peluk lewat malam
Meski ia masih membisu, bagai langit yang tak jelas, kadang terang kadang gelap
Ku bagai perahu karam di dermaga harap
Menatap tanpa arah, tanpa penunjuk mata angin yang patut dipercaya
Sampai bertemu mak comblang galau, yang geleng-geleng mendengar kisah
Tapi mak comblang tak jadi galau
Dan kuminta merajut jembatan dariku kepadanya
Supaya ia tahu, aku tanah yang butuh hujan, dan malam yang merindu bulan sabitnya
Tanamkan namaku di hatinya yang beku,
biar gundah ini tak kurasa sendiri
Namun mak comblang kembali galau, sebab tak piawai berbahasa batu
Jakarta, 21 Mei 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI