Kita seringkali mendengar kalimat-kalimat seperti: "Kamu kok murung terus, sih?" "Jangan cengeng, hidup ini keras!" "Ah, kamu kan kelihatan baik-baik aja...". Kalimat ini yang mungkin terlihat biasa, tapi bisa mematahkan mental seseorang yang sedang mencoba bertahan. Kita hidup di zaman di mana penampilan luar sering menipu, dan senyuman sering menyembunyikan luka.
Mental Itu Tak Terlihat, Tapi Nyata
Luka di tubuh mudah dikenali, tapi luka dalam pikiran sering diabaikan. Banyak orang yang berjalan dengan tubuh tegak, tapi hati yang roboh. Dan sering kali, mereka tidak butuh solusi, tapi mereka hanya butuh dimengerti. Aku pernah berada di titik itu. Menangis tanpa suara, merasa lelah tanpa alasan. Namun dunia terus bergerak cepat, tapi aku tertinggal, sendirian, dan bingung harus berkata apa.
Dan yang paling menyakitkan? Ketika aku mencoba bercerita... orang justru menertawakan, menyalahkan, atau menyuruhku "lebih bersyukur." Padahal, bukan itu yang kubutuhkan. Aku hanya ingin dipeluk, didengar, dan dimengerti.
Mari Lebih Peduli, Jangan Asal Hakimi
Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang sedang diperjuangkan seseorang. Bisa jadi, temanmu yang paling ceria justru yang paling ingin menyerah. Bisa jadi, seseorang yang kamu anggap lemah, sebenarnya sedang berusaha sangat kuat untuk bangkit. Maka, jika tidak bisa membantu, cukup jangan menyakiti. Jika tidak mengerti, cukup jangan menghakimi. Dan jika mampu, jadilah pelipur bagi jiwa-jiwa yang letih.Â
Mental Butuh Waktu untuk Pulih
Jadi, jika hari ini kamu merasa lelah,tidak apa-apa kalau kamu merasa lelah. Jika kamu ingin diam, menangis, atau rehat sejenak, itu manusiawi. Tidak apa-apa kalau kamu belum sanggup tersenyum hari ini. Mental kita juga butuh waktu. Butuh kasih. Butuh penerimaan. Yang penting: jangan menyerah. Kamu layak dicintai, bahkan saat kamu merasa tidak utuh.
Dan semoga... Kita bisa jadi bagian dari dunia yang lebih peduli. Dunia yang tidak menuntut untuk selalu kuat, tapi memberi ruang untuk menjadi rapuh dan dipulihkan. "Karena kadang, satu pelukan lebih menyembuhkan dari seribu nasihat. Dan kadang, mengasihi jauh lebih penting daripada menghakimi."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI