Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!
Puisi tersebut berlatar belakang antara tanggal 20-28 Pebruari 1966 di Jakarta terjadi peristiwa penting yaitu demonstrasi mahasiswa dan pelajar menuntut "tritura" sudah dimulai sejak 10 Januari. Tetapi hasilnya boleh dikatakan belum ada. Soekarno tidak mendengarkan "tritura". Uang diganti, bensin dinaikan harganya. Ongkos bis kota dinaikan harganya. Kabinet dwikora memasukan menteri-menteri gestapu lebih banyak lagi. Demonstrasi dilakukan dengan aksi pengempesan ban mobil diseluruh kota sehingga lalu lintas lumpuh. Para mahasiswa duduk ditengah-tengah jalan. Menteri yang akan dilantik tidak bisa datang ke istana dengan menggunakan mobil sehingga harus dijemput dengan helikopter.Â
Sekeliling istana penuh tank-tank baja dan pengawalan prajurit. Para demonstran tak henti-hentinya menyuarakan tuntutannya dan mengejek para prajurit itu sebagai "anjing istana". Bentrokan lebih lanjut tak dapat dihindarkan. Penembakan terjadi. Arif Rachman Hakim tertembak dan wafat. Sehari sebelumnya dalam demonstrasi ke Sekretariat Negara telah pula ada penembakan dan beberapa orang mahasiswa terluka.
Tetapi para mahasiswa tidak jadi takut. Jaket penuh darah mahasiswa yang tertembak diikat pada sebuah tongkat dan dijadikan sebagai bendera perjuangan mereka. Meninggalnya Arif Rachman Hakim menyebabkan para mahasiswa dan pelajar menjadi lebih marah lagi. Pemakaman Arif Rachman Hakim dilakukan secara pahlawan dan mendapat simpati dari seluruh lapisan masyarakat. Orang yang mengiringkan jenazah Arif Rachman Hakim ke pekuburan sangat banyak.
Â
Â
Â
Â
Â
- Analisis puisi Sajak karya Sanusi Pane dengan pendekatan mimetik
Sajak