Mohon tunggu...
Nova Yulfia
Nova Yulfia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Seorang Emak Penulis yang menjadikan hobi menulis sebagai profesi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Saja yang Kita Kenang dari Seorang Bapak Habibie?

11 September 2019   23:25 Diperbarui: 11 September 2019   23:36 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.globalindonesianvoices.com

Pantaslah Allah berikan ilmu yang sedemikian luas kepada beliau dan menjadi kebanggaan bangsa bahkan dunia internasional dengan keilmuannya.

Disini saya merenung panjang, tentang diri sendiri dan hubungan dengan Sang Pencipta. Hampir semua motivator mengatakan: "jika kalian menginginkan dunia dan seisinya maka perbaikilah hubungan dengan Tuhan."

Family-Man banget. Poin yang ini saya dapatkan ketika menonton film "Ainun dan Habibie". Film besutan sutradara handal, Hanung Bramantyo ini saya tonton sampai beberapa kali. Selain akting para aktor dan aktrisnya memang menarik juga, kisah yang diangkat reallife-nya Habibie. 

Sesibuk-sibuknya seorang Habibie, quality time bersama keluarga menjadi nutrisi jiwa bagi mereka. Terlihat dari bagaimana komunikasi sehat antara suami istri dan kedua anaknya. 

Diakhir hidupnya, Ibu Ainun masih memikirkan Bapak Habibie dan bagaimana seandainya jika dia berpulang terlebih dahulu. Ainun sudah tidak memikirkan kondisi dirinya yang sedang sakit parah. Jelas sekali hubungan mereka sangat couple goals. Saling mengikat jiwa satu sama lain sebagai pasangan.

Menulis novel yang pada akhirnya diangkat ke layar lebar dan booming. Novel itu lahir ketika seorang suami yang kehilangan pasangan jiwanya yang telah menemani selama puluhan tahun.

 "Bukan saya tidak ikhlas, tapi belum terbiasa." Demikian kata beliau pada saat diwawancarai stasiun TV ketika peluncuran novel yang berjudul sama dengan filmnya.

Demi menghibur diri dan mengenang Ibu Ainun, Habibie pun menuliskan semua kisahnya. Selama proses menulis itu, Habibie merasakan perubahan pada psikologisnya. Dimana proses menulis mampu menjadi self-healing bagi seseorang yang sedang dilanda duka. 

Melepaskan energi negatif, rasa sedih yang mendalam dan kehilangan yang luar biasa, rupanya bisa dilakukan dengan menulis.

Sampai disini saya menulisnya agak sesak yaa.. karena mengenang nilai-nilai positif yang diwariskan seorang Habibie telah membersamai sebagian besar usia saya, dan Anda juga mungkin.

Sejujurnya berita kepergian Bapak Habibie dalam usianya yang sudah 83 tahun kemarin ke hadapan Ilahi, sangat mengejutkan banyak pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun