Mohon tunggu...
Novan Dwi
Novan Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Manusia sederhana yang mencintai Budaya dan Seni yang ada di dalamnya yang kaya akan makna filosofis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan cara komunikasi menurut Deborah Tannen

10 Februari 2025   22:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   22:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gender dan sex merupakan dua konstruksi yang berbeda. Sex merupakan suatu perangkat manusia yang sudah ada sejak lahir dan tak dapat diganggu gugat. Sedangkan gender merupakan konstruksi budaya yang ada didalam ranah sosial. Pandangan gender bukan saja mengarah kepada pria dan wanita yang dipandang secara biologis namun, dipandang secara elestis yang merujuk kepada sifat. Kemudian berkembang yang sering dikenal sebagai feminis dan maskulin. Sebagai gambaran ketika seorang pria yang memiliki sifat yang lembut mulai dari nada bahasa, cara pengucapan, serta gestur ketika pengucapan yang halus memang secara biologis dapat dikatakan ia laki-laki. namun, secara genderis ia memilki sifat seorang feminis. Sebagai contoh lain ketika perempuan memilih potongan rambut yang cenderung menyerupai laki-laki ia pasti disebut sebagai Tomboy karena tidak sesuai dengan konstruksi budaya yang ada dan dianggap tak sesuai dengan norma sosial yang terbentuk. Sehingga ketika pandangan tentang gender dan sex tak bisa bertemu di titik tengah. Di satu sisi dipandang secara biologis sedangkan yang di sisi lain dipandang secara sosial.

Norma-norma sosial yang terbentuk tersebut kemudian dikenal dengan Determinisme. Determinisme adalah ketika sebuah budaya yang terbentuk sekarang merupakan warisan budaya yang lalu pernah terjadi dan disepakati bersama. Judith Butler seorang tokoh feminis asal Amerika yang memaparkan teori tentang Determinisme tersebut. Teori yang ia ungkapkan terkenal sebagai Feminism Performance. Butler berpendapat bahwa konstruksi gender merupakan warisan dari budaya yang sudah ada. Sebagai contoh budaya Lotus Feet di China dimana seorang dianggap semakin cantik ketika ukuran kakinya semakin kecil. Atau di Indonesia seorang berkulit putih adalah kasta tertinggi kategori wanita tercantik di Indonesia.

Dalam pembahasan kali ini bukan lagi mengenai superioritas ataupun yang tertindas. Bukan tentang lagi siapa yang mendominasi dan siapa yang terisolasi. Pada penelitian kali ini akan lebih menitik beratkan kepada teori perbedaan dalam kebahasaan. Seorang profesor linguistik di Universitas Goergetown, Washington D.C yang juga seorang penulis buku dan seorang feminis, Deborah Tannen. Tannen memiliki teoritis sendiri terkait perbedaan perempuan dan laki-laki dalam ranah kebahasaan. Teori Tannen telah kondang di kalangan orang-orang linguistik dan secara gamblang telah diketahui orang-orang feminis. Teori yang ia miliki dikenal dengan Genderlect Theory.

Genderlect (Gender dan Dialect) Tannen mengungkapkan teorinya tentang perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan. Di dalam kelompok-kelompok sub budayanya sendiri, norma-norma percakapanwanita dan pria yang sudah ditunjukkan perbedaannya tadi akan sangat cocok untuk keperluan masing-masing. Wanita menginginkan adanya kerja sama, kedekatan hubungan, kesetaraan, kesalingpahaman, saling memberikan dukungan, dan saling memberikan persetujuan yang Tannen menyebutnya sebagai Rapport Talk sementara pria menurut teori ini lebih mementingkan status dan kebebasan dan kurang mempedulikan soal perbedaan pendapat dan ketidaksetaraan dalam hubungan mereka yang Tannen menyebutnya sebagai Report Talk. Masalahnya adalah ketika pria dan wanita mencoba berkomunikasi satu sama lain dimana perbedaan gaya ini bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Deborah Tannen mengaitkan pembicaraan genderlect style terkait gaya bicara perempuan dan laki-laki. Gaya bicara seseorang biasanya dikaitkan dengan sisi maskulinitas dan feminitas. Tannen melihat beberapa hal yang berbeda antara pria dan wanita. Wanita berorientasi pada hubungan, sedangkan pria pada status. Wanita juga senang dengan pembicaraan terkait hubungan, sedangkan pria lebih senang membicarakan informasi. Teori perbedaan Deborah Tannen banyak tertuang dalam bukunya “You Just Don’t Understand: Women and Men ini Conversation”. Teori perbedaan terkait pola bahasa pria dan wanita ini bisa ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Private speaking vs Public speaking

Perempuan lebih cenderung suka berbicara secara private, karena dengan berbicara private ia bisa mendekatkan diri dengan lawan bicaranya. Perempuan kurang suka apabila berbicara di platform publik. Sedangkan laki-laki adalah tipikal Publik Speaking. Laki-laki cenderung lebih sedikit berbicara saat percakapan pribadi dan lebih banyak berbicara ketika berada pada platform publik karena laki-laki sangat memerhatikan dan ingin menunjukkan status dan rasa kewibawaannya.

James Pennebaker, seorang profesor psikologi di University of Texas di Austin, skeptis terhadap stereotip wanita yang bertele-tele. Setelah merekrut 2.000 pria dan wanita Untuk membawa perekam yang diaktifkan suara sepanjang hari, dia menemukan bahwa pria dan wanita masing-masing berbicara sekitar 16.000 kata sehari. 12 Bukti empiris ini mempertanyakan perbedaan gender yang seharusnya dalam jumlah pembicaraan, tetapi belum tentu kualitas—nada dan niatnya (Griffin et al., 2006).

2.Telling a story

Perempuan dalam bercerita cenderung lebih suka membicarakan orang lain yang lebih hebat atau menceritakan dirinya dengan nada yang diperhalus dengan tujuan menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan laki-laki cenderung lebih suka menceritakan dirinya sendiri. Dalam bercerita ia lebih menonjolkan dirinya sebagai pahlawan di ceritanya. Laki-laki melakukan teknik tersebut demi mempertahankan statusnya dihadapan orang lain. Laki-laki juga sering melempar candaan sebagai bentuk maskulinitas untuk membangun status dirinya.

3.Listening

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun