Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Rendang Babi" Satu Balutan Rasa Beda Makna Filosofi

20 Juni 2022   15:05 Diperbarui: 20 Juni 2022   15:10 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada akhirnya, dari sela-sela obrolan dapur dengan para ibu di Yogyakarta, meskipun jauh dirantau dari tanah Minang, 'rendang' membawa diri makna filosofinya yang tak akan sama ketika itu dipandang sebagai sebuah 'bumbu masakan biasa' yang bisa dipraktekkan oleh juru masak dimanapun berada. Rendang, juga tak hanya makna 'penghormatan leluhur' tetapi sejarah bagaimana 'masakan itu tercipta dan menyebar menjadi milik bangsa'. 

Jika hanya dipandang tanpa filosofi, mungkin rendang bisa disajikan dalam satu balutan rasa dengan babi, namun apabila rendang ditilik dari makna sejarah dan antropologi, maka balutan rasa itu tak akan sampai di hati.

Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana memaknai 'rendang' sebagai warisan budaya, filosofi, hakikat dalam kejernihan pendalaman adat basandi syara' di Minangkabau, selaras dengan peristiwa, konteks bahkan proses dari berbagai perubahan dimensi sejarah. 

Selalu akan terbuka perpaduan balutan rasa rendang dengan empati tinggi terhadap masyarakat Minang yang menjunjung tinggi nilai budaya Islam dalam berbagai ragam karya masakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun