Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andai Aku Bisa Cinta Kamu (Bagian 1)

18 Februari 2020   21:09 Diperbarui: 18 Februari 2020   21:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: freepik.com

Andai Aku Bisa Cinta Kamu

Kamu adalah cerita tentang pejuang hati yang mencoba merebut hati yang keras untuk kau miliki. Aku yang terlalu membenci dengan pendekatanmu membuat semakin keras aku berlari menjauh darimu dan mungkin banyak sakit tersisa menggores hatimu.

                Aku yang sedang tidak ingin mencinta dengan dicintai siapa pun setelah cinta yang terasa pada seseorang hadir ternyata dia malah pergi berlalu. Kau mencoba hadir dengan hatimu mencoba memasuki relung hati yang terluka dan aku benci!

                Sore itu aku harus berlatih pencak silat, sebenarnya aku capai karena pagi tadi aku juga habis bermain basket. Tapi pertandingan antar Kabupaten dan aku menjadi salah satu atlit maka mau tidak mau aku harus datang untuk berlatih keras.

                Man kamu biasa dipanggil, sebenarnya sih namau adalan Iman Saputra. Kamu satu tingkat di atasku ban atau sabuk kita beda satu setrip. Dan selain kamu kepercayaan sang Guru, kamu memang mendapat tugas untuk mengajari anak-anak di bawah tingkat.

                Perjalananku dengan sepeda satu kilo lagi sampai dan aku terhenyak ternyata kamu tengah menunggu aku untuk bersama.

                Tahukah kamu aku sangat sebal, karena aku selalu benci dengan cowok-cowok pengejar cinta hatiku. Rasanya ada yang salah juga dengan hatiku yang membenci setiap cowok yang mengejar hatiku, hmmm aku lebih suka mengejar dan mencintai diam-diam dan akhirnya terluka.

                Sungguh bukan itu maksudku, kadang dengan pasti aku mencintai lelaki itu maka aku merasa lebih tertantang dan berarti. Tapi aku yang tengah ABG ternyata berhadapan untuk kedua kalinya cinta hadir tanpa diundang dan kembali aku menelusuri hati seseorang yang tidak aju suka.

                Cinta sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Maaf...

                Kau begitu agresif mengejar aku dan aku sementara di awal berpura-pura tidak mau tahu kalau kamu suka denganku dan katanya aku adalah cinta pertama-mu.

                Aku tertawa dengan Ryan sahabatmu yang menjadi misi-mu untuk mengatakan tentang perasaanmu yang terabaikan olehku bahwa kamu jatuh cinta denganku dari pandangan pertama kita bertemu di latihan pencak silat.

                Yah memang kamu sangat perhatian saat di awal aku harus berjuang agar bisa naik tingkat setelah enam bulan aku mulai memasuki kegiatan olah raga keras tapi juga seni.

                Aku memasuki kegiatan pencak silat karena memang aku ingin bisa membela diri sekaligus ini adalah pilihan terbaik salah satu budaya bangsa.

                Man kamu akhirnya membarengi sepedaku.

                Tapak kamu grogi dengan menyapaku, "Nin, bareng ya..."

                Hmmm aku hanya diam, dalam bathin," Apaan sih sengaja banget nyegat-nyegat bareng, norak tahu!"

                Dan benar seperti sudah dikomando sahabat-sahabatmu di tempat latihan langsung ber-koor ..."Suit-suit jadian..."

                Ada lagi, "Wahhhh akhirnya mau juga ya jalan bareng."

                Yang ada aku semakin kesal dan benci dengan dirimu, karena aku tidak suka! Tapi kenapa kamu sepertinya melibatkan banyak orang untuk tahu bahwa kamu sangat menyukaiku dan terang-terangan menyukai sehingga tidak ada satu pun yang bisa mendekatiku.

                Padahal kalau mau jujur ada beberapa pria yang sangat memikat di tempatku berlatih ilmu bela diri.

                Hahaha bukan maruk ya tapi sungguh aku menyukai dua pria yang aku anggap cool. Dan tidak norak seperti kamu yang menunjukan kalau aku harus kamu miliki, dan itu hanya membuatku muak.

                Sebut namanya Pram, mata elangnya yang tajam beberapa kali kita berpandangan tahukah kamu? aku sangat bergetar. Mata elang itu begitu tajam menusuk hatiku,tapi aku hanya bisa menyimpannya debar ini dalam hati. Saat itu aku tidak tahu apakah kamu sudah mempunyai pacar atau belum.

                Pram aku nikmati saat waktu-waktu dia memberi straching sebuah pemanasan sebelum kita berlatih jurus-jurus. Dia sangat sempurna, cool, ganteng dan membuat aku bertanya-tanya.

                Sepertinya kekaguman aku tentang Pram mengusik kamu yang sedang mengejar diriku. Kamu selalu berusaha bisa dekat denganku dan seakan mem-protect aku tanpa kamu sadari. Tidak ada cowok yang mendekat dan berani karena menganggap kalau aku adalah milikku, termasuk Pram yang mencoba menghindar setiap kita bertatap mata.

                Ada kata yang ingi kami ucapkan sekedar bertanya yang ringa-ringan, mengenai sekolah, hobby atau apalah. Tapi itu hanya tersimpan dalam hati, hingga akhirnya dengan terang-terangan Man bertanya dengan nada keras, "Haiii Bro, lama kita tidak saling cerita, bagaimana khabar terakhir Titi ? kalian masih jadian kan ?" Dia sengaja mempertajam 'jadian' tepat di mukaku, saat tanpa sengaja kita terjebak bertiga.

                Mata elangmu nyalang, sejenak kamu bergetar. Tetapi seperkian detik kamu bisa menguasai diri, sambil membenahi sabuk tingkat kamu berlalu sambil memukul pelan punggung Man, "Hmmm masihhh, yah kapan-kapan kita ngobrol! Aku ke Guru dulu ya membicarakan soal pertandingan antar kabupaten. Eh kamu juga salah satu atlitnya nanti berlatih ya! jangan malu bertanya pada Man." Katamu tiba-tiba tidak lagi menyorot mata setajam elang padaku tapi malah sebaliknya kulihat itu mata kekalahan.

                Aku benci melihat Man tersenyum, kalau aku interprestasikan dia tersenyum secara tidak langsung akan sebuah kemenangan. "Aku berhasil menyingkirkan satu laki-laki yang juga menyukai Nina."

                Aku bukannya berterima kasih karena jelas sudah tanpa aku bertanya pada Pram dia ternyata sudah mempunya Titi, gadisnya.

                Tahukah kamu Man, kamu membuat aku hancur sesaat dan aku tahu tidak mungkin aku akan menikmati sorot mata tajam elangnya lagi untuk menghadirkan sensasi debaran yang aneh. Tiba-tiba hatiku ter-default kalau kamu sudah punya cewek yang aku tidak mungkin menggantikan!

                Aku putus dan tersingkir dari Pram, kusudahi rasa cintaku yang tak jelas dengan kepastian yang terlontar tanpa sengaja.

                Seharusnya aku berterimakasih pada Man karena secepatnya aku tahu akan status Pram, jadi aku tidak akan terlanjur mengejar si mata elang.

                Seperti di awal aku menyukai dua cowok di tempatku berlatih dan setelah Pram berlalu aku coret namanya dalam daftar hati. Tanpa sengaja aku bisa berinteraksi dengan Dona.

                Saat persiapan untuk mempelajari jurus-jurus kami melakukan pemanasan, tiba-tiba Guru menyuruh Dona memegangi kaki para murid yang harus melakukan posisi tangan di belakang kepala dan bangun dari terlentang berulang kali.

                Aku tidak tahu ternyata Dona sudah memegang kakiku dan "Ayo mulai bangun, kaki kamu aku pegangi agar tidak naik-naik."

                Ya ampuuun baru pertama kali ini dia bertatapan dekat sekali denganku dan wajahnya yang putih tampak menyemburat rona merah serasi dengan dua tiga jerawat yang sedang berkembang.

                Kembali hatiku menderu, sepertinya aku terlalu gampang jatuh hati setelah hampir sebulan aku tidak lagi mengagumi Pram yang ter-default ada yang punya hatiku sudah mati rasa buatnya dan sorot mata elang itu juga sudah meredup.

                Pram juga tidak berani mengutak-atik apa yang mungkin dia rasakan tentangku atas ketidakpedulian yang aku tunjukan. Aku jelas tidak mau membuat dia bingung dan tiba-tiba memutuskan gadisnya untuk aku yang juga belum jelas lebih baik dari gadisnya.

                "Hufff capai..." keluhku saat sudah lima belas kali aku melakukan gerakan bangun tidur-bangun tidur melakukan gerakan yang seperti diperintah sang Guru.

                "Ayooo semangat, kamu pasti bisa baru setengah..." dan kamu menguatkan memegang kedua kakiku yang akan naik ke atas.

                Dan kamu membuat aku bersemangat, keringat yang bercucuran adalah bukan sekedar aku capai melakukan gerakan yang memperkuat otot perut tapi juga rasa debaran jantung yang menderu.

                "Ya cukup!" teriakan sang Guru.

                Perlahan kamu melepaskan pegangan kaki dan meninggalkan aku dengan tersenyum manis.

                "Makasi ya..."

                "Iya..."

                Dan mataku beredar terpaku pada Man yang memandang penuh cemburu. Ah dia lagi, sepertinya ada yang kecolongan. Aku tidak peduli karena aku memang tidak pernah menyukainnya.

Sumber gambar: freepik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun