Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lolos PTN Meski Asyik Jualan Online

23 Juli 2018   23:30 Diperbarui: 23 Juli 2018   23:39 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Noer Ima Kaltsum

Ketika Dhenok masih kecil, suami mengikutsertakan Dhenok olahraga Tae Kwon Do. Oleh karena anaknya sangat antusias, maka saya ingin Dhenok tidak hanya setengah-setengah mengikuti olahraga ini. Bagi saya, tidak masalah seandainya Dhenok serius pada olahraga ini bahkan menjadi atlet Tae Kwon Do. Tentu saja resikonya adalah prestasi akademiknya tidak menonjol. Ternyata suami tidak setuju dengan pendapat saya. Bagi suami yang juga guru olahraga, dia ingin olahraga hanya dijadikan sebagai hobi saja.

Setelah memperoleh sabuk hijau, Dhenok tidak melanjutkan Tae Kwon Do. Hal itu dikarenakan suami saya sangat repot dengan kegiatan kedinasan dan kegiatan olahraga di kabupaten (di luar kedinasan). Sedangkan saya sendiri sibuk dengan kelahiran anak saya yang kedua. Dhenok tidak ada yang mengantar dan menjemput bila latihan Tae Kwon Do.

Waktu luang Dhenok diisi dengan membuat mainan yang bisa untuk diperjualbelikan. Pada saat kelas V, Dhenok jualan makanan kecil dan minuman di sekolah waktu istirahat. Saya tidak pernah mengajarinya. Dhenok memang memunyai inisiatif sendiri. Awalnya Dhenok bekerja sama dengan temannya. Lama-kelamaan temannya mengundurkan diri, jadilah Dhenok berjualan sendiri.

Sedari usia 11 tahun, Dhenok sudah bisa kulakan, menjual dagangan dan menghitung keuntungan. Bagi saya, ini adalah sesuatu di luar perkiraan saya.

Kemampuan akademik Dhenok tidak menonjol alias biasa-biasa saja. Dhenok belum pernah berada pada peringkat 1-5, selalu di bawah. Akan tetapi saya tidak pernah memaksa Dhenok. Saya tahu kelemahan Dhenok, yaitu dia tidak suka membaca. Setiap belajar maunya dibacakan bukunya. Sebenarnya kemampuan mendengar dalam belajar cukup besar. Hanya saja, saya cukup lelah kalau diminta membacakan materi pelajaran setiap hari. Selain mengurus rumah tangga, setiap hari saya mengajar di SMK dan di rumah tidak memiliki asisten rumah tangga.


Suatu ketika saya minta pada Dhenok untuk membaca materi pelajaran lalu mengerjakan soal. Ternyata hasilnya memuaskan.  Dengan cara mendengarkan waktu belajar, hasilnya juga baik.

Alhamdulillah, Dhenok bisa masuk ke sekolah favorit walaupun setiap harinya kemampuannya biasa-biasa saja. Saya tidak menuntut pada Dhenok untuk berprestasi di bidang akademik. Saya takut Dhenok akan tertekan. Saya membiarkan keadaan Dhenok begini adanya. Yang penting ibadahnya baik.

Pada saat kelas XII, Dhenok kembali menekuni dunia "dodolnya". Kali ini, Dhenok mencoba serius berjualan Album Korea dan barang dagangan lainnya sesuai kesukaannya secara online. Agar aman dan tidak mengalami kerugian, Dhenok bergabung pada marketplace. Alhamdulillah, sampai sekarang usahanya lancar.

Kelas XII, kok malah berjualan? Kelas XII, kok tidak giat belajar untuk menghadapi UN atau ujian masuk perguruan tinggi? Saya tidak pernah memaksa Dhenok agar menjadi apa. Saya membiarkan Dhenok untuk memilih. Saya bersyukur, Dhenok tetap ingin melanjutkan sekolah meskipun sudah belajar berwirausaha.

Sejak kelas IX SMP, Dhenok ikut bimbingan belajar karena sudah merasa bila di rumah bakalan tidak membuka buku. Katanya, setidaknya di tempat bimbingan belajar dia sudah belajar. Demikian juga di kelas X, XI, dan XII, Dhenok ikut bimbel di tempat yang sama. Khusus kelas XII SMA, Dhenok ikut bimbel di 2 tempat. Bagi saya tidak masalah, yang penting anaknya mau belajar.

Awal kelas X, saya sudah pernah bilang pada Dhenok agar rajin belajar. Paling tidak ada peningkatan nilai supaya kelak di kelas XII bisa masuk PTN dengan jalur undangan. Nyatanya, nilai Dhenok jauh tertinggal. Apakah Dhenok bodoh? Ternyata bukan perkara bodoh atau tidak, melainkan mau membaca atau tidak.

Oleh karena gagal di jalur undangan, maka Dhenok harus bisa membagi waktu untuk berjualan dan belajar. Saya menasehati, perbanyak shalat dan belajarnya. Mintalah pada Allah, satu permintaan saja, jangan banyak-banyak. Ucapkan setelah shalat terus menerus.

Saya selalu mendampingi Dhenok saat belajar menghadapi UN dan SBMPTN. Saya selalu memberi motivasi. Untuk SBMPTN, Dhenok memilih 3 prodi berbeda pada 3 PTN berbeda. Pilihan I di UGM, pilihan II di UNY dan pilihan III di UNS.

Pasrah, itulah yang bisa saya lakukan. Saya dan suami turut menguatkan doa  siang dan malam. Sambil menunggu hasil SBMPTN, kegiatan "dunia perdodolan" masih dilakukan. Kata Dhenok, biar bisa mandiri saat jauh dari orang tua.

00000

Lima belas menit sebelum pengumuman hasil SBMPTN bisa dilihat lewat internet, saya, suami, Dhenok dan si kecil berada di samping rumah. Sambil melihat hamparan sawah yang mulai mengering batang padinya, saya bilang pada Dhenok.

"Nok. Usahamu belum maksimal."

"Belum maksimal bagaimana, Ma?"Dhenok kaget. Seketika matanya berkaca-kaca, seolah tidak mau mendengar kalimat saya. Dhenok tidak terima dikatakan usahanya belum maksimal.

"Belajarmu kurang. Ibadahmu juga kurang. Shalatmu masih biasa, tidak kamu tambahi shalat malam atau shalat sunah lainnya."

"Mosok sih, Ma. Usahaku nggak dihargai."

"Kamu malah giat berjualan daripada belajar."

Dhenok diam. Tanggal 3 Juli 2018, jam 15.00 WIB adalah hari bersejarah bagi Dhenok. Akankah dia gagal masuk PTN ataukah berhasil?

Saya melihat Dhenok mulai memainkan jarinya ke ponsel. Tiba-tiba dia menjerit seraya berkata,"Alhamdulillah, Mama. Aku diterima pada pilihan pertama. Aku diterima di Pertanian UGM."

Air mata saya tak bisa dibendung. Saya benar-benar menangis bahagia sekaligus terharu. Kami berempat mengucapkan syukur Alhamdulillah. Saya benar-benar terharu, ternyata di balik sikap cuek dan malas belajar di rumah, Dhenok tetap bersungguh-sungguh belajar di bimbel. Di balik kesibukannya memainkan hape untuk melayani konsumen, Dhenok membuka laptop membuka soal-soal ujian masuk PTN beserta mempelajarinya.

Ternyata prestasi akademik di sekolah tidak menonjol, tidak menghalangi Dhenok untuk tetap berhasil di luar. Selamat, untuk anakku yang cuek. Semoga kelak kamu menjadi muslimah yang taat, berhasil di bidang akademik dan sukses berwirausaha. (SELESAI)

00000

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun