Mohon tunggu...
Nurdin Qusyaeri
Nurdin Qusyaeri Mohon Tunggu... Lainnya - Pengembara

Pengembara Teritorial dan Pemikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehancuran Karena Kesombongan: Refleksi atas Kegagalan Manusia yang Terlalu Angkuh

4 Maret 2024   03:50 Diperbarui: 15 Maret 2024   19:14 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibatnya, Nabi Adam diangkat menjadi manusia mulia, dicontohkan oleh Tuhan sebagai teladan bagi umat manusia. Kualitas kerendahan hati dan pengakuan akan kesalahan menjadi sumber keutamaan yang sejati. Sementara itu, Iblis, yang terjerat dalam kesombongan dan kebanggaan diri, menjadi terkutuk dan terbuang dari rahmat Tuhan.

Dari kisah ini, kita dapat mendapat pelajaran berarti bahwa kesombongan adalah jalan menuju kebinasaan, sementara kerendahan hati adalah kunci menuju keutamaan sejati. Dalam perjalanan hidup ini, marilah kita merenungkan dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah agung yang telah diberikan kepada kita, agar kita tidak terjerat dalam belenggu kesombongan yang dapat membawa kehancuran bagi diri kita sendiri.

Kisah lain yang menerangkan adanya dialog antara Nabi Musa dan Iblis telah memberikan pencerahan yang mendalam tentang sifat manusia yang rentan terhadap godaan kesombongan. Ketika Nabi Musa bertanya kepada Iblis tentang dosa mana yang akan membuat manusia sepenuhnya terjerat olehnya, jawaban Iblis sangat menggambarkan pola pikir yang merusak: "Saat ia kagum pada dirinya sendiri. Dia melihat amal baiknya sebanyak-banyaknya dan melihat dosa-dosanya sebagai hal yang tidak penting."

Pola pikir ini mencerminkan perilaku manusia yang terlalu terobsesi dengan dirinya sendiri, merasa bahwa kebaikan yang telah dilakukan sudah cukup untuk menghapus dosa-dosa kecil yang mungkin dilakukannya. Mereka terjebak dalam jaringan kesombongan, merasa bahwa mereka tidak bisa salah, bahwa mereka di atas segalanya.

Namun, apa yang mereka lupakan adalah bahwa dosa, baik besar maupun kecil, tetaplah dosa di hadapan Tuhan yang Maha Suci. Tidak ada amal baik yang bisa menggantikan pengakuan akan kesalahan dan kerendahan hati yang tulus. Kesombongan hanya akan membawa mereka jauh dari kebenaran dan rahmat Tuhan.

Adalah Pinka Wima, seorang penulis yang sering kali mengulas tentang psikologi dan perkembangan pribadi, sebagaimana dilansir www.idntimes.com, telah mengidentifikasi tujuh tanda nyata orang sombong yang seringkali terlewatkan atau gak disadari. Dia menjelaskan bahwa kesombongan adalah karakteristik yang rumit dan seringkali sulit untuk disadari oleh individu yang bersangkutan. Namun, dengan memperhatikan tanda-tanda yang telah diidentifikasi, kita dapat lebih mudah mengenali perilaku kita sendiri atau orang lain yang mungkin terjebak dalam pola pikir yang merugikan.


Ke 7 tanda nyata orang sombong itu adalah: Pertama, apapun topik pembicaraannya, selalu berakhir membicarakan diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut cenderung memandang dirinya sendiri sebagai pusat perhatian dalam setiap situasi.

Kedua, orang lain wajib tahu orang-orang penting yang ada di dalam pergaulannya. Dia  merasa bahwa orang lain wajib tahu akan hubungan atau koneksi yang dimilikinya dengan orang-orang berpengaruh.

Ketiga, mengeluh, tapi mengeluh sembari pamer. Ketika dia mengeluh tentang hal-hal dalam kehidupannya, tetapi juga memamerkan pencapaian atau keunggulan pribadi. Contoh: Orang lain  takut kehilangan pekerjaan yang gajinya sekian, sekian.. Orang lain gak mau keluar dari zona nyaman, tapi tidak dengan aku. Aku sebaliknya dengan mereka, bla bla, dll. bahkan awalnya mengeluh tentang cobaan dan ujian yang menimpanya namun sekaligus sebagai kesempatan untuk menunjukkan superioritas dirinya.

Keempat, tidak  respek dengan cerita atau pencapaian orang lain karena merasa cerita hidupnya lebih menarik. Dia gagal untuk menghargai kontribusi dan pengalaman orang lain.

Kelima, merasa bangga dengan pencapaian diri sendiri atau keluarga dan orang lain wajib tahu. Dia selalu cenderung membagikan pencapaiannya secara terbuka sebagai cara untuk memperoleh validasi dan pengakuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun