- "Gaji udah dua digit belum?"
- "Aku udah nikah nih, Kamu Kapan nyusul?"Â
Bagi yang hidupnya sedang sesuai jalur, pertanyaan ini mungkin tidak masalah. Tapi bagi yang masih berjuang atau punya jalan hidup berbeda, ini bisa membuat mereka merasa kurang atau tertinggal.Â
Apalagi kalau ada yang jawabnya dengan nada merendahkan, kayak "Wah, kamu masih di situ-situ aja? Temen kita yang lain udah punya bisnis sendiri loh."
Bukannya happy karena bertemu teman lama, yang ada malah pulang dengan kepala penuh pikiran, merasa tertinggal, atau bahkan minder.
Bukber Seharusnya Bebas dari Tekanan
Tidak semua orang yang menolak bukber itu berarti sombong atau lupa dengan teman lama.Â
Kadang, mereka hanya ingin menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Bukber seharusnya jadi ajang untuk senang-senang dan nostalgia, bukan ajang evaluasi hidup atau paksaan sosial.Â
Kalau ada yang memilih tidak ikut, ya sudah, hargai saja. Karena yang namanya pertemanan itu bukan diukur dari datang atau tidaknya ke satu acara, tapi dari bagaimana kita tetap saling memahami dan menghargai pilihan masing-masing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI