Dengan biaya berlangganan tidak sampai Rp400 ribu sebulan, rasanya sangat sepadan dengan apa yang IndiHome berikan. Kecepatan internet hingga 30 Mbps dan bebas akses kapan saja. Pada era digital, kualitas dan kecepatan tadi adalah dua hal krusial yang tidak bisa ditawar-tawar.
Merajut Asa Kedaulatan Digital
Dalam konteks yang lebih luas, asa besar patut kita sematkan pada IndiHome. Baru-baru ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menekankan urgensi dari frasa yang terbilang sederhana tapi sarat makna: kedaulatan digital.
Kata Erick, dikutip dari Katadata, kedaulatan digital sangat krusial pada era disrupsi teknologi. Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia punya potensi besar untuk menjadi kekuatan utama dan bersaing di pentas dunia.
Titik mula kedaulatan digital itu selalu ada pada infrastruktur digital. Di titik inilah Telkom Indonesia dengan IndiHome memainkan peran krusialnya.
Hingga Desember 2021, Telkom Indonesia telah mengakselerasi pembangunan infrastruktur digital berupa 170.885 kilometer kabel serat optik di sepanjang Nusantara, 251.116 base transceiver station (BTS), hingga 14,1 juta optical port untuk menhubungkan pelanggan IndiHome dengan dunia melalui koneksi internet.
Segudang pembangunan itu tentu membantu masyarakat Indonesia melek digital. Mulai dari usaha mikro di pinggir jalan, hingga korporasi besar di pusat peradaban. Mulai dari pelajar di pedalaman, hingga pekerja kantoran di kota-kota besar.
Semua punya kesempatan setara menikmati internet berkualitas tanpa jeda untuk memperluas informasi, mengembangkan usaha, hingga mempertebal pengetahuan. Jika sudah demikian, cita-cita kedaulatan digital di Tanah Air pasti akan terwujud.
Dari kacamata seorang analis ekonomi seperti saya, inilah yang disebut dengan upaya reformasi struktural. Suatu upaya untuk memastikan agar perekenomian dapat tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan. Upaya yang sangat dibutuhkan Indonesia di tengah meruncingnya tantangan dan isu geopolitik dunia.