Pernah suatu ketika saya diomeli atasan gara-gara kehabisan kuota internet sehingga alpa mengikuti rapat virtual. Kebetulan, rapat yang gagal saya ikuti itu adalah rapat bulanan penting yang mesti diikuti seluruh karyawan.
Dalam rapat itu, kita diminta menguraikan program kerja yang telah dilakukan selama sebulan ke belakang, sekaligus membabarkan rencana kerja sebulan mendatang.
Lantara lupa isi kuota, koneksi internet saya putus di tengah jalan. Padahal saya belum diberi kesempatan bicara. Sudahlah habis kuota internet, eh, saldo pulsa juga ludes. Jadilah saya harus beranjak ke toko swalayan terdekat untuk beli pulsa karena, sayangnya, fitur mobile banking juga butuh internet untuk sekadar isi kuota.
Sial bin malang, rapatnya sudah kelar ketika saya sampai di rumah. Apa yang terjadi selanjutnya pasti bisa Anda terka. Saya dimarahi bos karena tidak membalas pesan singkat. Saya juga diomeli karena gagal ikut rapat bulanan. Kendati duduk perkara telah saya jelaskan panjang-lebar, tetap saja kena omelan. Apes!
Pengalaman tadi benar-benar memberi pelajaran berharga. Pada era digital, internet adalah segala-galanya. Karier bisa terancam lantaran habis kuota di tengah jalan. Seandainya kejadian itu sampai terulang kembali, bukan tidak mungkin saya dihadiahi demosi. Oh, tidak!
Pastikan Ada IndiHome di Sisi Anda
Maka dari itu, kita harus memilih penyedia internet dengan cermat dan tepat. Untuk kebutuhan harian pekerja kantoran di rumah seperti saya, mari hilangkan opsi kuota thetering internet berbasis mobile broadband dari ponsel. Selain tidak stabil, jika tiba-tiba habis di tengah jalan, isi ulangnya juga tidak gampang.
Dengan kata lain, gunakanlah fixed broadband atau koneksi internet yang didukung jaringan kabel serat optik. Selain kecepatan internetnya jauh lebih stabil, koneksi internet jenis ini juga tidak memiliki batasan data atau kuota. Kelar pasang, hati pun tenang.
Hati saya pun langsung tertambat pada IndiHome. Sejak April 2020 hingga sekarang, saya telah masuk ke dalam barisan pelanggan setia produk internet besutan Telkom Indonesia itu. Bersama dengan 8,7 juta penduduk dan keluarga Indonesia lainnya.
Saya percaya betul pada bentangan fakta dan sajian data. Bagi saya—seorang analis ekonomi—kualitas kesimpulan sangat bergantung pada kredibilitas fakta dan data.