Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi Merusak Nilai Kebangsaan dan Kearifan Budaya Lokal

25 Maret 2021   09:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   23:58 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by https://dewipuspasari.net

Sudah hampir satu abad Indonesia merdeka dari cengkraman penjajah, tepatnya 75 tahun yang lalu gaung kemerdekaan diucapkan oleh lisan sang proklamator yang merupakan presiden pertama Republik Indonesia yakni Ir. Soekarno. 

Mundur kembali saat 17 tahun sebelum proklamsi dibacakan, tepat pada 28 Oktober 1928 dimana putra-putri bangsa dengan gagah berani menunjukkan kekompakan dan persatuan mereka hingga tercetuslah sumpah pemuda. Hingga kini jelas tertulis dalam lembar sejarah inti dari isi sumpah itu adalah tentang nilai kesatuan dan nilai kebersamaan.

Harmonisasi dalam langkah demi mencapai sebuah tujuan dengan jalur musyawarah dan mufakat, merupakan nilai-nilai kebangsaan luhur yang diwariskan oleh para pendiri negeri di masa lalu. 

Dalam proses perebutan kekuasaan dari tangan penjajah, perjuangan demi mewujudkan kemerdekaan bagi anak cucu kelak berhasil dilakukan atas dasar persatuan. Tidak ada pertanyaan apa agamamu, apa sukumu, dan apa warna kulitmu dalam medan pertempuran. 

Mereka yang merasa terikat secara lahir dan batin terhadap penderitaan yang dirasakan oleh ibu pertiwi, bersatu saling bahu membahu berjuang dengan segenap tenaga dan harta benda, meskipun bayang-bayang kematian menghantui di pelupuk mata. Tidak ada kata menyerah karena persatuan menjadikan mereka bermental baja.

Melihat sedemikian rupa kearifan yang dilakukan para pahlawan bangsa terdahulu, tidak berlebihan rasanya jika baru-baru ini Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia dibangun di atas pondasi toleransi. 

Dikutip dari laman detiknews.com, Jazilul Fuwaid memberikan sebuah pernyataan bahwa "Indonesia yang terdiri dari banyak agama, suku, adat istiadat yang berbeda-beda, bahasa, asal-usul, diperlukan pengikat. Semua itu dibangun prinsip atau prasyarat untuk menguatkan itu semua, yakni toleransi". Pernyataan ini ia lontarkan sebagai respons terhadap maraknya kasus intoleransi, bullying, serta pemaksaan suatu pendapat yang kerap terjadi di media sosial (medsos).

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, keanekaragaman didalamnya merupakan takdir. Terdiri dari berbagai perbedaan yang meliputi agama, suku, ras, etnik, bahasa, dan kebudayaan tidaklah menjadikan ini sebagai alasan terjadinya perpecahan, melainkan keberkahan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita sebagai cerminan bangsa yang bijaksana dalam menghadapi perbedaan. 

Kita sudah sepantasnya bersyukur ditakdirkan untuk lahir dan besar di negeri tercinta Indonesia. Dalam regulasinya negara menjamin kebebasan untuk beragama dan melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. Bahkan pada pembukaan UUD 1945 tertulis abadi pada alinea ketiga yang berbunyi "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya". 

Ini menjadi simbol bahwa para pahlawan kita terdahulu mengakui bahwa kemerdekaan itu terjadi atas campur tangan Tuhan, tidak semata-mata dengan bekal perjuangan saja.

Selain itu, pada sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" merupakan bukti betapa pentingnya kedudukan dan peran agama dalam jalannya roda pemerintahan. Seseorang yang agamanya tidak kokoh, maka dapat dipastikan bahwa ia tidak mampu menjalankan amanah sebagai pemimpin bangsa. Karena sejatinya agama merupakan segenap aturan yang mengikat bagi pemeluknya untuk taat dan takut kepada Tuhan, sehingga ia terhindar dari segala perbuatan yang menjerumuskannya dalam dosa, contohnya seperti korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun