Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Angin dari Barat (Bag. 1)

11 September 2020   01:10 Diperbarui: 11 September 2020   01:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pexels.com

"Yang hilang akan berganti dan yang pergi akan kembali, tetap pupuk kesabaran jangan ada kata benci serta dendam dalam hati"

(Nyak Oemar Ayri)

     Siang itu Sarah mencoba untuk mengusap air mata yang tak bisa berhenti mengalir membasahi pipinya, semesta seolah mengizinkan keadaan ini menimpanya. Siapa yang menyangka jika senyum dari kedua orang tuanya yang ia lihat sebelum berangkat ke sekolah, merupakan senyum terakhir dan akan menjadi kenangan untuk selamanya. 

     Bagaikan petir menyambar di siang bolong kabar kecelakaan mobil yang dialami kedua orang tuanya membuat Sarah tidak dapat berkata-kata, kecelakaan tersebut merenggut nyawa kedua orang tua sarah, air mata tak mampu berbohong kalau saat ini keadaan hatinya hancur berkeping-keping. 

   “Kasihan sekali dia, kedua orang tuanya meninggal dan dia tidak punya keluarga lain yang bisa menjadi wali untuk merawatnya sekarang.” Bisikan-bisikan kecil yang keluar dari mulut tetangga masih bisa terdengar oleh telinga Sarah, kini ia mencoba untuk kuat dan tabah. Ia ingat pesan ibunya semasa hidup dulu, “Kita harus bisa kuat dalam menghadapi berbagai cobaan, Tuhan menguji hamba-Nya tidak lebih berat dari kemampuan seorang hamba tersebut.” 

    Prosesi pemakaman berjalan khidmat dan satu persatu pelayat mulai melangkah pergi meninggalkan kedua pusara tersebut, Sarah masih mematung menatap kedua nisan yang berdampingan itu. “Ayah, bunda... Sarah gak akan meratapi kepergian ayah dan bunda, Sarah juga janji gak bakalan nangis lagi, ini terakhir kalinya Sarah nangis dan ini cuma buat ayah sama bunda.”

    Sarah dengan langkah gontai akhirnya memutuskan untuk pulang kerumahnya, ia mencoba tetap tegar dan kuat ia tak mau ayah dan bundanya menjadi tidak tenang di alam sana. “Selamat siang, benar kamu yang bernama Sarah?” Tiba-tiba sesosok lelaki berseragam menghampirinya di depan teras rumahnya, dan bisa dipastikan ia adalah polisi, 

    “Ia pak saya Sarah, ada apa ya pak?” Sarah berusaha sebisa mungkin merespon laki-laki tadi dengan tidak memperlihatkan wajah sedihnya. 

    “Begini dik, ada yang perlu saya sampaikan mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tua kamu” Sarah mulai paham dan ia mengambil inisiatif untuk mengajak polisi itu masuk kedalam rumahnya, “kalau begitu mari pak masuk ke dalam.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun