Perjuangan ganda saya temui manakala secara latar belakang ekonomi dan pendidikan yang tidak mendukung. Menjadi lebih sulit. Pemberdayaan pada orangtua ABK di daerah-daerah marjinal ini penting. Kodrati, manusia secara fisik membutuhkan sandang, pangan, serta papan. Abraham Maslow melalui 5 hirarki kebutuhan manusia, mengingatkan. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipenuhi terlebih dahulu, baru kemudian mereka dapat memikirkan edukasi, kesehatan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
Dulu saya berpikir bagaimana kita bisa menyediakan layanan yang excellent untuk mereka para ABK zonder peran orangtua. Hasilnya, berantakan! Kerjasama dan sinergitas terapis dan orangtua adalah dasar penting. Memang membutuhkan kesabaran ekstra. Tidak memaksakan pemikiran kita. Sebaliknya jika orangtua tidak mau terlibat dalam pendidikan ABK, kita sebagai pendamping pun tidak bisa berbuat banyak, menerima adalah hal terbaik, sambil terus berupaya semampu kita saja.
Memakaikan 'baju, sepatu' kita kepada mereka adalah tindakan tidak bijak. Kedodoran, kesempitan, dan sebagainya pasti terjadi. Namun demikian, perjuangan tidak harus berhenti. Fokus pada hal-hal yang bisa kita lakukan saja. Hasil dan respon kita serahkan pada Sang Pemilik Hidup. Ini akan lebih mudah kita jalani.
Keyakinan, usaha, dan rasa syukur yang terus-menerus dipupuk niscaya akan membawa pada sebuah perkembangan. Semesta pasti akan mendukung segala niat baik yang dilandasi dengan perjuangan dan kepasrahan. Lakukan terus, jangan berhenti, ada titik indah di depan sana, bernama harapan.
Selamat pagi, selamat berjuang, jangan menyerah!