Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerdas Kelola Emosi Hindari Pengaruh Provokasi

9 Oktober 2020   08:00 Diperbarui: 24 Mei 2022   10:05 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertarik untuk menelisik lebih jauh mengenai latar belakang peserta demo yang marak beberapa tahun terakhir ini. 

Demo yang seringkali belok dari tujuan awal. 

Demo yang acapkali justru membuahkan permasalahan baru dengan “menebar” teror dan ketakutan bagi masyarakat dari sejumlah aksi yang mereka ikuti dan lakukan tersebut. Demo yang akhirnya mempertontonkan aksi mengumbar emosi yang tak terpuji.

Aksi demo yang justru lebih mengenyangkan nafsu emosi sesaat. Membakar, melempar aparat, mengeluarkan kata-kata provokatif yang memicu permusuhan dan kebencian, dan serangkaian aksi yang jauh dari tindakan terpuji.

Apakah benar yang rela mengikuti aksi tersebut adalah mereka yang kurang mampu mengelola emosinya secara bijak? Apakah benar mereka yang bersedia mengikuti yang katanya aksi “solidaritas" ini adalah mereka yang bisa dan mudah dipengaruhi oleh berita-berita hoaks?

Daniel Goleman (2003) mengatakan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.


Istilah kecerdasan emosional telah diperkenalkan oleh seorang Psikolog Sosial Amerika bernama Peter Salovey.

Salovey di tahun 1990 mengatakan bahwa kecerdasan emosi menurutnya memiliki sumbangan yang sangat penting dalam menciptakan iklim keberhasilan pada kehidupan seseorang.

Definisi kecerdasan emosi itu sendiri menurut Salovey dan Meyer adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang juga melibatkan dengan kemampuan pada orang lain, memilah-milah dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan seseorang.

Sedangkan Goleman mengatakan juga bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampauan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain.

Salovey, Meyer, dan Goleman sepakat bahwa cerdas emosi berarti seseorang dapat mengenali emosi dirinya dan sepenuhnya dapat mengelolanya sehingga tercipta hubungan dan relasi yang sehat antar dirinya dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun