Mohon tunggu...
nisrina miftahrahayu
nisrina miftahrahayu Mohon Tunggu... Guru - Nisrina

IESP Unej 2017

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebijakan Nilai Tukar di Bawah Tekanan Pandemik Covid-19

2 April 2020   02:08 Diperbarui: 2 April 2020   16:15 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

danya lockdown harus mempersiapkan segalanya. Bagi masyarakat yang tergolong menengah keatas bisa menjaga pasokan bahan pangan sedangkan untuk golongan menengah kebawah sebaliknya.

Menurut saya untuk penerapan lockdown memang sudah terbukti untuk mengurangi dampak virus corona tetapi negara harus juga mempersiapkan bahan pokok untuk melangsungkan hidup masyarakatnya, harus tercipta keadilan untuk semua lapisan masyarakat. Apabila kondisi seperti ini rawan masyarakat borjois melakukan panic buying sehingga banyak masyarakat lain yang tidak mendapatkan pasokan makanan.

Untuk mengatasi hal ini, italia dapat berkaca pada Indonesia pada tahun 1998. Untuk keluar dari kondisi krisis Indonesia meminjam dana pada IMF untuk menyetabilkan kembali mata uang. Sehingga inflasi stabil kemudian juga pemerintah harus dapat menjaga supply barang agar tetap terjaga. Apalagi italia sudah terhambat akses distribusi dan banyaknya kegiatan perekonomian yang sudah mati karena kebijakan lockdown. 

Karena italia menggunakan floating exchange rate maka tidak diperlukan cadangan devisa yang besar untuk menstabilkan mata uang. Menurut saya Italia kurang melakukan mitigasi dari awal dan masyarakat banyak yang tidak patuh terhadap pemerintah untuk social distancing menyebabkan perekonomian semakin memburuk. 

Transmisi Kebijakan Moneter yang Tepat di Indonesia dalam Memerangi Covid-19

Menurut Jokowi kebijakan lockdown bukan merupakan pilihan yang tepat. Karena itu sangat berisiko. Menurut saya pribadi Indonesia belum siap dengan kebijakan ini. Karena itu sangatlah ekstrem, kita berkaca pada negara korea yang bisa recovery hanya dengan waktu 14 hari dengan social distancing.

Apabila masyarakat Indonesia mau disiplin dan pemerintah juga memberikan fasilitas rapid-tes untuk dapat mengidentifikasi masyarakat yang sudah terinfeksi dan segera diisolasi agar tidak menyebar. Dengan cara seperti ini maka lockdown tidak perlu dilakukan. Untuk menghentikan wabah ini diperlukan kerjasama 2 arah antara pemerintah dan masyarakat.

Adanya pandemik ini menyebabkan ketidakpastian global sehingga menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS maka Indonesia harus menjual SBN untuk menambah devisa. 

Untuk menjamin kesejahteraan masyarakat, Indonesia menghapus PPh 21, penurunan suku bunga dan landing facility. Kemudian juga menambah dana jaminan sosial seperti dana pra-kerja dan PKH. Bagi para kreditor juga ditunda waktu jatuh temponya.

Akibat virus Corona juga, Indonesia harus menurunakan proyeksi pertumbuhan yang awalnya kisaran 5,5% menjadi 5%. Saran saya adalah pemerintah harus memberikan batasan pembelian masyarakat untuk pembelian bahan pokok yang dihitung berdasarkan KK dalam kondisi darurat seperti ini agar tidak ada orang yang melakukan "panic buying" . Apabila sudah banyak masyarakat yang sudah melakukan hal tersebut menyebabkan bahan makanan pokok semakin langka dan menjadikan harga bahan pokok menjadi mahal. Jika itu terjadi maka inflasi tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun