Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kurangi Konsumsi Pedas agar Otak Tak Mudah Lupa

6 Agustus 2019   15:20 Diperbarui: 6 Agustus 2019   17:54 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan (super) pedas saat muda ternyata resikonya kepikunan parah kala tua (express.co.uk)

Selain nasi putih, sambal dan kerupuk menjadi menu 'wajib' bagi mayoritas orang Indonesia.  Meskipun lauk-pauknya sederhana, seperti tempe-tahu goreng dan ikan asin, selama ada sambal plus kerupuk, lezatnya jadi luar biasa! Pasti banyak yang setuju nih hehehe...

Saat sambal 'absen' dari menu, maka tetap harus ada makanan yang terasa pedas.  Sebut saja telur balado dan daging rendang.  Bagi lidah masyarakat Indonesia ataupun Asia, pedasnya bumbu balado dan rendang mungkin tak seberapa.  Tapi, lain ceritanya untuk lidah orang Barat.

Menurut warga Amerika dan Eropa di Indonesia, lidah dan perut mereka tak sanggup saat harus mengonsumsi makanan pedas ala orang Indonesia.  Contohnya jumlah cabai pada gado-gado, ketoprak, dan rujak.  Bagi mereka, 2 buah cabai itu pedasnya minta ampun! Ya, hanya dua.

Untuk saya, 2-3 buah cabai (kecil) untuk gado-gado, ketoprak, dan rujak itu masih bisa saya tahan pedasnya.  Tapi 4 buah cabai dan seterusnya? Aduh, makasih deh.  Selain harus bolak-balik minum air karena lidah seperti kebakaran, air mata pun terus-terusan mengalir.

Padahal, semasa sekolah dan kuliah, toleransi rasa pedas saya itu bisa sampai 6-7 buah cabai.  Eh, setelah bekerja level kekebalan pedas saya menurun hingga setengahnya.  Bisa-bisa saya juga nantinya cuma tahan pedas dengan maksimal 1 cabai karena faktor "U" (usia) hahaha...

Pengamatan saya terhadap para orang tua yang berusia di atas 60 tahun menunjukkan kecenderungan menurunnya toleransi tubuh mereka terhadap rasa pedas.  Sebagian besar alasannya karena perut mereka langsung sakit melilit setelah mengonsumsi makanan pedas.

Cabai segar maupun olahan idealnya dikonsumsi tak lebih dari 3 sendok makan per hari (uchicagomedicine.org)
Cabai segar maupun olahan idealnya dikonsumsi tak lebih dari 3 sendok makan per hari (uchicagomedicine.org)

Jadilah saat kumpul keluarga, masakan pedas ditempatkan di wadah terpisah.  Tujuannya agar para orang tua dan anak kecil bisa menikmatinya pula.  Lagi-lagi saya perhatikan, penikmat menu (super) pedas itu umumnya berusia produktif yaitu umur remaja hingga usia akhir 40-an.

Selain membakar lidah dan perut, ternyata masakan ekstra pedas itu juga berpotensi menimbulkan penurunan daya ingat.  Sederhananya, semakin pedas menu seseorang setiap harinya, maka peluangnya untuk mengalami pikun yang parah semasa tua akan semakin besar.

Hasil penelitian selama 15 tahun pada 4852 orang warga Cina berusia di atas 55 tahun menunjukkan adanya pengaruh nyata antara konsumsi pedas dengan penurunan drastis fungsi otak yaitu demensia (kepikunan).  Efek negatif ini semakin besar pada orang tua bertubuh kurus.

Mungkin kita pernah mendengar bahwa makanan pedas (dan asam) itu bisa menguruskan badan.  Capsaicin pada cabai memang termasuk komponen aktif kimia yang dapat mempercepat laju metabolisme tubuh dan mengurangi lemak serta menghambat penyumbatan pembuluh darah.

Lalu, harus pamit gitu ke menu pedas? Ini bukan clickbait apalagi hoax lho.  Temuan ini adalah hasil riset ilmuwan dari University of South Australia setelah meneliti data dari China Health & Nutrition Survey sejak tahun 1991 hingga 2006 dan dimuat pada jurnal Nutrients Mei 2019.

Tenang, penggemar rasa pedas masih tetap bisa mengonsumsi pedas kok.  Tapi, ingat! Ada syarat dan ketentuan yang berlaku.  Bukan, bukan harus follow atau subscribe akun media soal tertentu. Cukup dengan mengonsumsi cabai (tidak) lebih dari  50 gram per hari.

Capsaicin pada cabai bertanggungjawab untuk sejumlah proses metabolisme pada tubuh (bioscirep.org)
Capsaicin pada cabai bertanggungjawab untuk sejumlah proses metabolisme pada tubuh (bioscirep.org)
Jika ditakar dengan sendok makan (sdm), 50 gram itu setara dengan 3 1/2 sdm.  Riset pada orang lanjut usia (lansia) di Cina itu mendapati bahwa konsumsi cabai lebih dari 50 gram/hari menurunkan daya ingat lebih parah (demensia) baik pada lansia pria maupun wanita.

Kepikunan pasti terjadi pada lansia.  Namun pada kasus demensia, berkurangnya daya ingat lansia bahkan bisa membuat mereka tak mampu beraktivitas normal sehari-hari.  Penderita demensia bahkan sampai tidak lagi mengenali keluarganya dan tempat tinggalnya (memory loss).

Tren kasus demensia ini juga semakin meningkat setiap tahunnya.  Tahun 2010, jumlah lansia penderita demensia seluruh dunia dilaporkan sebanyak 35.6 juta jiwa.  Menurut jurnal Alzheimer's & Dementia tahun 2013, jumlah ini akan bertambah sebanyak 2x lipat per 20 tahun.

Masih dari jurnal yang sama, kasus demensia terus menanjak angkanya di negara-negara berkembang (low & middle incomes).  International Journal of Epidemiology dari Universitas Oxford di Inggris mencatat ada sekitar 9.5 juta jiwa lansia penderita demensia di Cina pada 2017.   

Wah, siapa sangka ya, efek dari konsumsi (berlebihan) cabai selama bertahun-tahun itu ternyata hingga kepikunan parah di masa tua?  Perut dan lidah tubuh muda jelas masih sanggup menahan level 10 rasa pedas.  Tapi, saat tua, rasa super pedas itulah yang buat masalah parah.

Konsumsi bergizi yang cukup dan seimbang jelas menjadi kunci utamanya.  Lidah Asia itu memang sangat dimanjakan dengan rasa pedas dari cabai segar ataupun olahan (bubuk, saus cabai).  Acara makan bersama seperti ngerujak bareng pun tak mantap kalau tak pedas.

Konsumsi makan sehat di kantor ternyata berdampak besar pada kondisi kesehatan seseorang (bonappetit.com)
Konsumsi makan sehat di kantor ternyata berdampak besar pada kondisi kesehatan seseorang (bonappetit.com)
Nah, kalau mau sehat itu ternyata memang harus konsisten dan rutin pola makannya saat di rumah maupun di luar rumah.  Waktu di rumah tuh kita, termasuk saya, bisa lebih disiplin untuk mengonsumsi makanan yang sehat.  Saat makan bareng di luar rumah? Wah, nanti dulu!

Lihat teman makan makanan gorengan jelas jadi tergoda.  Tambah tergoda lagi waktu gorengannya itu dicocol ke saus sambal yang extra hot, sedapnya! Bisa lupa deh itu dampak lemak jenuh pada minyak goreng dan saus super pedas yang bisa buat pikun di usia senja nanti.

Solusinya, saya pun mencicipi sedikit saja atau sebatas obat kepingin.  Setelahnya, rasa lapar saya alihkan ke menu sehat lainnya.  Saat tubuh seseorang telah rutin mengonsumsi makanan dan minuman sehat, tubuhnya merasa tak nyaman saat memakan menu tak sehat.

Begitu pula sebaliknya.  Kebiasaan makan tak sehat di luar rumah, terutama di tempat kerja, cenderung terbawa ke rumah dan bahkan hingga menjadi kebiasaan sehari-hari.  Kasus ini ditemui pada pola makan dari sejumlah staf pada sebuah rumah sakit di  Amerika Serikat.

Sebanyak 602 orang staf rumah sakit Massachusetts General Hospital diteliti pola makan mereka di kantin rumah sakit.  Hasil riset yang dimuat pada American Journal of Preventive Medicine itu mendapati pola makan dan kesehatan staf rumah sakit dari 2016 hingga 2018.

Hasilnya, para staf rumah sakit yang berulangkali memesan menu tak sehat di kantin kantor memiliki pola makan tak sehat pula di luar tempat kerja. Mereka juga banyak yang mengalami kegemukan dan beresiko tinggi untuk terserang diabetes dan penyakit jantung.

Pola makan sehat harus dimulai sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan sepanjang hidup (photodune.net)
Pola makan sehat harus dimulai sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan sepanjang hidup (photodune.net)
Kesehatan itu memang investasi jangka panjang.  Selagi masih muda, mari konsumsi menu sehat plus lezat, termasuk (sesekali) mengonsumsi makanan super pedas.  Cukuplah dengan sudah pernah mencicipinya sekali seumur umur hidup hehehe... Salam hidup sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun