Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi Akhiri Politik Tirani: Fahri Hamzah, Setya Novanto Jatuh, dan Koalisi Prabowo Rontok

30 Januari 2016   18:42 Diperbarui: 30 Januari 2016   19:06 28163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kejayaan Fahri Hamzah dan para sekondannya I Sumber Kompas.com"][/caption]Presiden Jokowi dengan tiga stretaginya mengakhiri politik dan demokrasi ugal-ugalan DPR dengan perwakilan Fahri Hamzah, Fadli Zon dan Setya Novanto, juga Effendi Simbolon dan Rieke Dyah Pitaloka dan Masinton Pasaribu. Pun sekaligus rontoknya koalisi Prabowo tak terelakkan. Strategi politik Presiden Jokowi itu mampu mengakhiri praktek demokrasi tirani yang ditampilkan oleh koalisi Prabowo – dengan penyorak yang menyebut penyeimbang Partai Demokrat. Berita jatuhnya Fahri Hamzah dan lengsernya Setya Novanto menjadi sangat menarik karena terkait dengan peristiwa lebih besar di balik perang mafia migas dan Petral serta koruptor dengan politik tirani yang dipraktikkan oleh koalisi Prabowo selama setahun belakangan yang berhasil dirontokkan oleh Presiden Jokowi.

Mari kita tengok strategi Presiden Jokowi dalam rangkaian pengakhiran politik ugal-ugalan DPR dan koalisi Prabowo terkait berita kejatuhan Fahri Hamzah dan sekilas kisah kehebatan Fahri Hamzah dengan hati gembira riang sentosa girang guling-guling pesta pora menonton menertawai berita dipecatnya Fahri Hamzah sebagai wakil Ketua DPR dalam rangkaian dengan menari menyanyi berdansa selamanya senantiasa sebagai kiprah akhir politik ugal-ugalan.

Fahri Hamzah. Fahri Hamzah – bersama dengan Setya Novanto dan Fadli Zon – pada awal pemerintahan Presiden Jokowi berhasil menjalankan peran sebagai Pimpinan DPR dengan gaya ugal-ugalan. Prinsip apapun yang dilakukan oleh Presiden Jokowi harus selalu salah. Asap dijadikan komuditas politik dengan protes ala jalanan memakai masker di dalam gedung DPR menjadi awal kekonyolan yang keterlaluan. Pun kunjungan ke daerah asap oleh Presiden Jokowi disebut sebagai pelesir alias wisata asap.

Kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat pun disebut tidak berguna. Namun sebaliknya pertemuan Fadli Zon dan Setya Novanto dengan manusia rasis anti Islam Donald Trump menjadi awal hukuman kepada Pimpinan DPR oleh alam semesta.

Tak hanya itu, apapun yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah kesalahan dan bahkan disebut ‘bodoh’, ‘tidak cerdas’ oleh trio pimpinan DPR yang memang bergaya ugal-ugalan mencontoh idola mereka Donald Trump.

Tak hanya menjadi duri tajam di dalam daging sapi partai agama PKS, dengan Ade Komaruddin pun tidak sejalan dengan Fahri Hamzah. Cara komunikasi dan cara ngomong Fahri Hamzah yang selalu sopan, indah, bermulut manis, wangi, dengan pilihan kata-kata cerdas menawan, pun berbeda dengan cara berbicara Ade Komaruddin yang terkesan sangat sederhana dan kalah gemerlap mulutnya dengan Fahri Hamzah. Untuk itu, maka Ade Komaruddin pun tidak sreg dengan gaya kepemimpinan ugal-ugalan ala kader partai agama PKS itu.

Padahal, Fahri Hamzah adalah contoh terbaik kader partai agama PKS. Fahri Hamzah adalah teladan bagi semua kader partai agama PKS. Namun karena kehebatannya itu Fahri Hamzah pun kembali ke habitatnya: zero. Fahri Hamzah adalah arsitek keberhasilan Prabowo menjadi capres 2014 lalu. Lewat sepak terjangnya Prabowo mampu mendulang suara hampir menang melawan Jokowi. Pun berkat Fahri Hamzah, partai agama PKS pun  berhasil menduduki tempat tiga besar dalam pileg 2014. Mari kita tengok kisah kehebatan Fahri Hamzah dengan hati gembira riang sentosa girang guling-guling pesta pora menonton dipecatnya Fahri Hamzah sebagai wakil Ketua DPR

Setya Novanto. Meskipun diam tak banyak mulut di depan umum, Setya Novanto memiliki sahabat seorang mafia migas dan Petral bernama Muhammad Riza Chalid. Mafia migas ini malang-melintang di jagad politik bahkan menjadi penentu diangkatnya para menteri dan pejabat zaman SBY melalui persengkongkolan dengan Hatta Rajasa. Tak mengherankan banyak menteri zaman SBY dicokok KPK karena peran korup mereka: Jero Wacik, Andi Mallarangeng, Surya Dharma Ali, dan sebentar lagi kasus besar kondensat menyeret Raden Priyono bekas Kepala BP Migas (SKK Migas sekarang) dengan kerugian triliunan rupiah.

Kekuatan lobby, hukum, politik Setya Novanto disebut oleh M. Nazaruddin sebagai Sinterklas – karena sifat pertemanan yang setia – di semua lembaga politik, hukum, DPR, kepolisian, kejaksaan, dll. Contoh kasus PT. Era Giat Prima, sebagai direktur Setya Novanto lolos dari jerat hukum, sementara Djoko S Tjandra bos Mulia Grup pontang-panting menjadi buron sampai sekarang.

Koalisi Prabowo. Koalisi permanen ini dibentuk dengan niatan buruk yakni membuat perimbangan dan mengendalikan pemerintahan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla dari parlemen. Dengan dalih mengawasi, mengontrol, seluruh alat kelengkapan kerja di DPR dikuasai 100% oleh koalisi Prabowo dengan nama UU MD3. Dengan undang-undang ini praktis rencana menyandera pemerintahan berhasil dilakukan hanya dalam 8 bulan pertama Oktober 2014 -  Mei 2015. Selebihnya mereke terjebak dalam permainan konsolidasi politik oleh Presiden Jokowi. Satu per satu kekuatan koalisi Prabowo rontok akibat strategi Presiden Jokowi melakukan konsolidasi politik cerdas.

Pertama, Presiden Jokowi menguatkan dukungan dari kalangan TNI, Polri, dan BIN. Presiden Jokowi menyadari sepenuhnya bahwa hanya dengan merangkul TNI, Polri dan BIN – serta meraih dukungan masyarakat, maka posisi Presiden Jokowi akan menguat. Maka pengangkatan orang-orang di sekitar Presiden Jokowi pada masa awalnya adalah menghadirkan show of force dukungan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, dan Kepala BIN Marciano Norman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun