Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasti Gagal Lewat Independen, Ahok Lewat Parpol, dan Strategi Bungkam PDIP, Cokok DPRD DKI

16 Juli 2016   01:41 Diperbarui: 16 Juli 2016   07:20 5020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cagub M. Sanusi dari Gerindra I Sumber Jurnalpolitik.com

Ahok hampir dapat dipastikan akan gagal maju melalui jalur independen. Pun perang antara Ahok dengan para koruptor semakin seru. Kriminalisasi yang gagal dengan melemparkan Ahok ke kasus Sumber Waras dan Podomoro justru membuka front baru: kasus Cengkareng. Kini front yang mengurung DPRD DKI Jakarta dan para partai menjadi 3 penjuru: (1) kasus UPS, (2) kasus M. Sanusi- Podomoro, dan (3) kasus tawar-menawar di bawah meja. Ditambah dengan strategi mencokok DPRD DKI Jakarta, maka Ahok dan Teman Ahok bersepakat untuk menempuh jalur parpol – sekaligus merusak konsentrasi parpol yang samakin kelelahan mencari figur pelawan Ahok.

Mari kita telaah keputusan Ahok menggandeng para parpol dan sepak-terjang silent operation skala kecil-kecilan yang semakin menohok DPRD DKI Jakarta sambil mengakai dan menertawai sambil jungkir balik dan salto kepala perang politik manusia bekas narapidana korupsi M. Taufik dan para punggawa partai yang kelimpungan mengamankan diri dan kepentingan ekonomi dan politik dengan menari menyanyi berdansa bergembira senang sentosa bahagia riang ria selamanya senantiasa.

Fakta mencengangkan tentang dukungan lewat jalur independen sungguh menyesakkan. Tekanan politik dan penafsiran dukungan KTP – dengan bahaya penjualan KTP dengan menelikung Teman Ahok – tampak di depan mata. Strategi menggagalkan dengan pernyataan pura-pura lalu ketika diverifikasi menolak menjadi senjata mematikan yang harus disadari teman Ahok. Pengumpulan KTP telah disusupi oleh kepentingan lawan politik yang akan digunakan untuk menggagalkan Ahok maju sebagai calon independen.

Informasi A-1 telah didapatkan akan adanya upaya pembelian KTP secara masif menarik dukungan terhadap Ahok. Pun dengan berbagai kendala lapangan verifikasi faktual akan dihambat dengan keterbatasan waktu 3 hari kerja untuk 1 juta KTP dengan formulir tunggal satu per satu. Ini sebagai alat penggagal pencalonan Ahok yang dirancang oleh DPR RI – hanya dengan tujuan satu: Ahok harus gagal maju jadi cagub DKI Jakarta.

Melihat gelagat itu maka pertimbangan semakin cair. Ahok dan Teman Ahok pun tetap mendapatkan dukungan dari pelawan koruptor dan massa yang masih waras. Kekuatan yang masif menunggu Ahok termasuk lewat pertobatan parpol Hanura, NasDem, dan Golkar yang tengah memerbaiki citra karena terbelit kasus korupsi. Tangan kuat maneuver lain pun ikut bercampur membantu secara skala kecil.

Kini Ahok dengan bantuan kecil the Operators telah memojokkan M. Sanusi –salah satu calon gubernur yang ternyata koruptor sebagai adik mantan narapidana korupsi yang dibanggakan oleh Gerindra. Langkah berikutnya adalah langsung menohok ke jantung politik terkuat: PDIP. Langkah untuk mencokok anggota DPRD DKI Jakarta ini merupakan buah pertarungan politik terakhir yang akan menentukan, siapa menang siapa kalah. Pertaruhan Ahok melawan para koruptor menjadi sangat menentukan.

Strategi dua kaki Ahok – yang mengamankan diri dengan Teman Ahok dan jalur independen – telah membuahkan hasil. Tiga partai Golkar, NasDem dan Hanura siap mengusung Ahok. Masuknya Golkar membuat peta pertarungan semakin panas karena Golkar tengah berupaya membersihkan diri karena lepotan dan gambaran sebagai partai Aburizal Bakrie.

Pun Golkar dengan komando Setya Novanto – yang lankah-langkahnya disetir oleh kemauan politik Presiden Jokowi, dengan aktornya the Operators – dipaksa melawan Aburizal Bakrie. Ical yang menentang dukungan terhadap Ahok pun bertekuk lutut hanya oleh seruan dan koaran Yorris Raweyai dan koor Agung Laksono dan Novanto.

Novanto menyatakan Ical tak berhak mencampuri keputusan DPD I Golkar DKI Jakarta. Selesai. Ical terbuang dan hanya memakai mahkota kosong tak seperti yang dibayangkan semasa eyang saya Presiden Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina. Ical selesai dan hanya menjadi pajangan tak bermakna sama sekali di bawah tiang kekuatan trio Setya Novanto, Yorris Raweyai, dan Agung Laksono.

Masukya Golkar menjadi jaminan perang antar koruptor semakin sengit dengan berbagai kepentingan. Berbagai informasi saling terentang dan membantu pemetaan. Perkubuan menjadi semakin seru. Para parpol saling melirik dan membisik. Kegerahan semakin tampak dengan berbagai upaya Gerindra dan para parpol lain.

M. Taufik dan Dafco dari Gerindra berteriak-teriak mengusulkan siapa saja seolah mampu mengusung calon gubernur. Berbondonglah orang macam Yusril, Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Ridwan Kamil, dan sebagainya merapat. Mereka buta mata dan hati karena tidak menyadari bahwa Gerindra tak bisa mengusung calon tanpa partai lain. Buta politik karena nafsu berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun