1. Mental adalah Syarat Pertama
Sebelum berbicara soal SKPWNI, materai, atau fotokopi KTP, pastikan dulu bahwa mentalmu siap. Ini penting. Banyak orang tidak memulai proses administrasi bukan karena tidak bisa, tapi karena sudah ngeri duluan. Gambarannya sudah keburu serem di kepala, antre panjang, disuruh bolak-balik, petugas galak, form salah isi, dan sebagainya.
2. Urus dari Daerah Asal Terlebih Dahulu
Sistem kependudukan Indonesia, meski sudah digital, tetap mengandalkan urutan kerja administratif. Kamu harus memulai proses dari daerah asal, yaitu tempat alamat KTP lamamu terdaftar. Jangan langsung menyerbu kantor kelurahan di tempat baru dan berharap semua bisa langsung diurus di sana.
Misalnya kamu pindah dari Jakarta ke Bogor, maka kamu wajib mengurus Surat Keterangan Pindah WNI (SKPWNI) dari kelurahan lama di Jakarta. Di DKI Jakarta, prosesnya sudah sangat efisien, cukup ke kelurahan, isi formulir F-1.03, dan lampirkan KTP serta KK. Tidak perlu lagi surat pengantar RT/RW. Bahkan, kamu tidak perlu datang ke Dukcapil kota. Semua proses diselesaikan di kelurahan. Cepat dan gratis.
Langkah ini penting karena tanpa SKPWNI, proses layanan pindah datang tidak bisa dilakukan. Jadi, jangan sampai kamu membuang waktu dan energi hanya karena urutannya salah.
3. Siapkan Dokumen Sejak Awal
Birokrasi, suka tidak suka, masih mencintai kertas dan materai. Maka, siapkan dokumen-dokumen ini sebelum kamu melangkah ke Dukcapil:
*KTP dan KK asli serta fotokopinya
*SKPWNI dari daerah asal
*Formulir permohonan pindah datang yang sudah ditandatangani RT dan kepala keluarga
*Materai Rp10.000
Periksa semua dokumen sebelum berangkat. Kalau perlu, bawa map berlabel khusus untuk urusan ini, supaya kamu tidak stres membongkar tas saat petugas minta fotokopi KK dan kamu baru sadar file-nya nyelip di dompet.
Foto: Dok. Pribadi

4. Kenali Alur Siloka Sebelum Daftar
Aplikasi Siloka memang niatnya memudahkan, tapi jangan asal klik-klik tanpa paham alurnya. Kunjungi situs resminya langsung dengan mengetik URL secara manual:
https://siloka.bogorkab.go.id/
Jangan cari dari Google, karena tautan masih nyangkut di hasil pencarian dan sudah tidak aktif. Di sinilah banyak warga kebingungan dan akhirnya gagal mengakses QR Code untuk antrian. Setelah mendaftar, screenshot QR Code dan simpan baik-baik. Jangan berpikir kamu bisa login ulang nanti dan langsung dapat lagi. Sistem bisa berubah, bisa error, dan saat kamu sudah sampai di Dukcapil, sinyal bisa bikin kepala makin cenat-cenut.
5. Pilih Jadwal Datang yang Bijak
Siloka memungkinkanmu memilih hari dan jam kedatangan ke Dukcapil. Pilihlah waktu pagi hari, idealnya sebelum jam 08.00, terutama jika kamu tipe yang tidak tahan menunggu terlalu lama. Berdasarkan pengalaman, antrean sudah mulai terbentuk bahkan sebelum kantor buka.
Kalau kamu datang jam 10.00, jangan heran kalau harus menunggu 2--3 jam hanya untuk dipanggil ke loket. Gunakan waktu menunggu untuk bantu warga lain yang kesulitan mengakses Siloka, baca buku, atau setidaknya bekali diri dengan camilan dan air minum. Karena, seperti banyak hal di Indonesia, yang sabar, yang selamat.
6. Jangan Sungkan Bertanya
Kalau kamu merasa bingung atau ragu, jangan gengsi untuk bertanya. Serius. Banyak warga yang salah langkah bukan karena sistemnya buruk, tapi karena mereka malu bertanya dan berharap semuanya bisa di-explore sendiri.
Petugas Dukcapil, terutama di Cibinong, cenderung ramah dan membantu. Tapi kamu juga bisa bertanya pada sesama pemohon. Percayalah, di antara mereka selalu ada satu atau dua orang yang sudah tiga kali bolak-balik dan hafal sistem di luar kepala. Bahkan bisa jadi mereka senang membagi pengalaman. Oya, dan jangan anggap sepele review Google Maps. Banyak orang baik hati yang menulis komentar detail soal proses dan tips. Baca itu sebelum kamu berangkat.