Mohon tunggu...
Ninin Rahayu Sari
Ninin Rahayu Sari Mohon Tunggu... https://nininmenulis.com

Former Journalist at Home Living Magazine n Tabloid Bintang Home - Architecture Graduate - Yoga Enthusiast - Blogger at www.nininmenulis.com - Coffee Addict - Morning Person

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Aplikasi Siloka vs Warga Bingung. Siapa yang Menang?!

21 Juli 2025   08:47 Diperbarui: 21 Juli 2025   08:59 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kamu pernah merasa menjadi warga negara kelas dua hanya karena urusan administrasi, percayalah kamu tidak sendirian. Bayangkan begini, sudah bertahun-tahun tinggal di satu tempat, bayar pajak, ikut kerja bakti, bahkan sesekali menyumbang saat ada warga nikahan. Tapi, saat membuka berkas untuk mengurus BPJS atau sekolah anak, nama kita tidak muncul di sistem kependudukan. Kenapa? Karena belum pindah domisili resmi.

Aku tahu, dari luar kelihatannya sepele. "Tinggal ke kelurahan, isi formulir, bawa fotokopi KTP, selesai kan?" kata mereka. Tapi setelah merasakan langsung perpindahan domisili dari Jakarta ke Kabupaten Bogor, aku mulai percaya bahwa mengurus KTP bisa setara dengan menyusun strategi bertahan hidup di game survival. Hanya saja kali ini musuhnya bukan zombie, melainkan aplikasi bernama Siloka.

Ketika Teknologi Bertemu Birokrasi

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Sebelum terlalu jauh, mari kita bahas dulu, apa itu Siloka? Singkatnya, Siloka adalah aplikasi layanan kependudukan online milik Pemerintah Kabupaten Bogor. Kepanjangannya: Sistem Informasi Layanan Online Kependudukan dan Arsip. Lewat Siloka, warga bisa mengajukan layanan seperti pindah datang, perekaman KTP elektronik, cetak Kartu Keluarga baru, dan berbagai layanan administrasi lainnya tanpa harus ke kantor dulu.

Dari deskripsi itu, terdengar modern, praktis, dan tentu saja menyenangkan. Karena siapa sih yang tidakmau urusan dokumen bisa dilakukan dari rumah, sambil ngopi dan pakai daster? Masalahnya, teori dan praktik seringkali tinggal di dua semesta berbeda.

Perjalanan aku dengan Siloka dimulai dengan niat suci ingin menjadi warga yang sah di Kabupaten Bogor. Aku sudah mendapatkan SKPWNI dari kelurahan lama di Jakarta, lengkap dengan surat keterangan pindah. Dengan semangat, aku buka Google dan mengetik 'Siloka Bogor'. Muncullah berbagai tautan, yang sayangnya malah membuat aku semakin bingung.

Ternyata, situs yang tercantum di halaman pertama Google sudah dialihkan ke alamat baru. Tapi tentu saja aku belum tahu itu. Aku klik tautan lama dan boom, situs error. Berkali-kali aku coba dari browser yang berbeda, hasilnya nihil. Seolah-olah sistemnya berkata, "Coba lain kali ya."  Panik? Tentu. Frustrasi? Sudah pasti. Karena aku sudah memilih jadwal untuk datang langsung ke Dukcapil Cibinong. Tapi QR Code untuk verifikasi tidak bisa aku akses karena link error. Rasanya seperti mau masuk konser, tapi tiket digital tertinggal di mimpi.

Di Dukcapil, aku tidak sendiri. Ada banyak orang lain yang juga kebingungan membuka Siloka. Beberapa ibu-ibu sibuk menekan tombol refresh, bapak-bapak mulai mencari-cari WiFi gratis, dan ada pula pasangan lansia yang hanya bisa mengandalkan anaknya di rumah untuk mengakses sistem.

Aku sempat bertanya pada salah satu petugas, "Pak, kok website-nya error ya?" Dengan santai dia menjawab, "Coba ke customer servis." Sayangnya antrian di customer servis pun tidak 'bersahabat'. Entah pelayanannya yang lama atau kurang aktifnya petugas. Karena dari pantauan aku semua yang ke sini dengan masalah yang sama, yakni Siloka.

Tidak mau berlarut-larut dalam antrian, aku memutuskan potong 'kompas', bertanya pada salah satu orang yang sedang dilayani petugas. "Coba langsung ketik aja alamat barunya. Jangan klik dari Google." Dan benar saja, begitu aku mengetik https://siloka.bogorkab.go.id/ secara manual, aplikasi langsung terbuka. QR Code muncul, dan aku akhirnya bisa masuk ke sistem antrian.

Dalam hati aku bergumam, kalau saja informasi ini dicantumkan besar-besar di depan website lama, atau disosialisasikan lebih luas, berapa banyak waktu orang bisa diselamatkan?

Teknologi Bagus, Tapi Harus Ramah Pengguna

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Mari kita sepakat dulu, digitalisasi layanan publik adalah langkah yang layak diacungi jempol, bahkan dua jempol sekaligus. Pemerintah Kabupaten Bogor patut dipuji karena telah berani mengambil lompatan menuju sistem yang lebih modern melalui aplikasi Siloka. Ini bukan hal kecil. Di tengah masih banyaknya daerah yang mengandalkan kertas, map merah, dan meja birokrasi berlapis, kehadiran aplikasi seperti Siloka menunjukkan adanya harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun