Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 193 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Sayap Patah

26 September 2025   18:00 Diperbarui: 26 September 2025   16:41 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oddy memelukku. "Lis, nasi sudah jadi bubur. Tambahkanlah bahan, jadi bubur manado yang enak," candanya. Aku tersenyum pahit. 

"Ikhlaskan, lepaskan Brian. Biarkan ia terbang. Suatu saat kau juga akan terbang indah dengan jodohmu," ucapnya lembut.

Di sela tangisku, terdengar lagu dari radio tetangga: Lepaskanlah ikatanmu dengan aku, biar kamu senang... Lirik itu seperti tamparan.

Tak lama, Tuti menghampiri. Dengan mata berkaca, ia berkata, "Maafkan saya, Mbak. Pernikahan ini demi keluarga. Ibu sakit, utang menumpuk. Saya tak punya pilihan." Tangannya menggenggamku erat. Aku menarik napas panjang.

"Selamat berbahagia, Mbak. Mulai detik ini, aku akan pergi. Anggap saja aku merpati patah sayap yang memilih terbang menjauh," kataku mantap meski bergetar.

Senja mewarnai langit jingga. Burung-burung pulang ke sarang. Aku pun belajar melepas. Membiarkan Brian terbang, membiarkan hatiku kembali pulih bersama takdir Tuhan. Seminggu kemudian, aku mengajukan resign dan pindah ke kota pamanku. Hidup baru, lembaran baru. Pada Oddy kukirim pesan: susul aku nanti, agar persahabatan tetap terjaga.

Aku belajar mengikhlaskan apa yang tak kumiliki. Hidup adalah belajar, terutama belajar mengelola hati.

Di kota baru, aku lebih tenang. Oddy sering menghubungi via video call. "Kamu hebat, Lis!" katanya. Namun ia belum bisa menyusul karena pekerjaannya menumpuk. Waktu bergulir, setahun berlalu. Aku sudah mandiri dengan apartemen sendiri. Meski jodoh belum kutemukan, aku bahagia. Karena hati gembira adalah obat.

Lalu suatu hari, Oddy berbisik lewat telepon, "Lis, bagaimana kalau kita jadi sahabat sekaligus saudara ipar? Pacarku Pras itu punya kembaran, Pram. Dia single. Bagaimana kalau kujodohkan denganmu?"

Aku terkekeh. "Apa dia mau?"

"Tenang saja. Pokoknya datang saat pertunanganku, ya. Sekalian kamu juga tunangan!" serunya riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun