Melanglangbuanalah dengan Caramu!
Nak!
Bukankah kau sendiri tahu jika metafora itu
ungkapan satu kata yang bermakna dua atau lebih?
Kau kambing hitamkan aksaraku Â
Kau tunjukkan seolah kau bintang kehidupan
Kau selipkan aksaramu di balik
indahnya dewi malam
Kau campakkan aksaraku
Sedang aku?
Aku hanya bisa berlapang dada
Padahal aku tak pernah menyelipnya sembarangan
Apalagi menikamnya persis ke ulu hati, sebab
aku ingin nadiku berisi detak rindu yang penuh santun
seperti isi bakulku yang tiada lelahnya kupikul
yang sudah bermil-mil tanpa pernah mengeluh
Sedikit demi sedikit
telah kuurai
segala isinya, sebab
jika terburai sekaligus
kau akan tahu betapa beban
yang kutanggung, derita yang pikul
'kan berubah menjadi gumpalan kesombongan
'kan menjelma menjadi buntalan keangkuhan
kelak 'kan menggerogoti jiwa besarku, Nak!
Aku tak ingin seperti si raja hutan
yang menguasai rimba raya
tanpa  menghirau kemajemukannya
Aku hanya ingin hutanku sejuk berwarna
omnivora yang kau tuding, itu tak benar!
aksaraku terbungkus personifikasi
larik yang kupunya merdu memeluk bait
Ragaku menempel majas hiperbola
tersurat melebih-lebihkan Â
agar maknanya tersirat
Kenapa? Itu urusanku
Ciri fiksi memiliki gaya bahasa
dalam fiksi boleh ambigu
dalam non-fiksi jauhi ambigu
kau 'kan tercekik Â
jemarimu sendiri
Personifikasi itu
menghidupkan benda mati
menjadi seolah hidup,
itu memang bagianku
Tapi tahukah kau?
berapa banyak majas
di muka bumi ini?
dua puluh lima majas,
mungkin juga lebih
Kau baru tahu satu, dua
mungkin tiga, empat? Â
Nak... !
Aksaraku memang tak bening,
kini sedang hening
ia tak menghilang, tapi merenung lagi
Biarlah tangisan awan menjadi abadi Â
Mengapa kau sibuk memperolok diri
Padahal kau tahu sendiri
kita punya bilik yang sama
tapi punya hak 'ntuk beda
kau punya beranda
dia punya ruang
dan aku? Menyepi dalam
ruangku, itu urusanku!
Kau bilang aku mengemis,
untuk apa?
Isi bakulku masih mampu
menghidupkan unsur intrinsikku
dua puluh lima majas
yang tersimpan dalam unsur intrinsik
masih mampu menghidupkan
seribu satu nyawa diksiku
Padahal kau tahu personifikasi itu
menghidupkan benda mati
menjadi seolah bernyawa
batu cadas menjadi ceria
daun menari-nari
pohon berdiri tegak
ombak berkejar-kejaran
Dalam fiksi ada "sesuka hati" Â
tanpa kau terjang unsurnya
tanpa kau hempas kaidahnya
Jangan kau campuradukkan
fiksi dan non-fiksi
fiksi mengutamakan unsur
intrinsik jika perlu ekstrinsik Â
sedang non-fiksi
mengutamakan ADIKSIMBA
upzz... sebagian isi bakulku
termuntahkan, ahayy...
Kini, kuhanya bisa mengguar senyum
kutitip
unsur intrinsik ya, Nak! Sedikit saja!
tapi kau sudah melakukannya, Â
satu yang kusuka darimu
kau cerdas, kreatif memainkan kata
teruskan, teruskan itu, Nak!
Melanglangbuanalah dengan caramu
bagai camar berlayar menuju samudera
tak perlu
membelenggu
apalagi
terbelenggu!
NK/23/09/2020
#SangiheBanuaku
#UntukAnandaAbdulAzis