Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amora

3 Agustus 2020   17:46 Diperbarui: 3 Agustus 2020   17:50 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.genpi.co/gaya-hidup

Tiba-tiba suara lelaki itu lepas menggema di seantero ruang basement. Ia menyebut nama perempuan yang ada dalam genggamannya. Ia juga langsung memeluk tubuh Amora yang hampir lunglai, namun oleh Amora ditepisnya lengan lelaki itu.

Sempat terpikir olehnya ini pasti orang yang sengaja iseng dan menguntitnya pada setiap kegiatannya, hingga dengan mudahnya mengetahui namanya.Amora? darimana ia tahu namaku? batinnya.  

Ditambah lagi, di tengah pergulatan sengit barusan, lelaki itu malah menjelaskan dirinya sangatlah mengenali Amora. Lelaki itu memintanya untuk menatapnya agar Amora segera mengetahui siapa dirinya.

Amora pun menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu. Betapa terperangahnya Amora setelah mengetahui siapa dia. Amora berseru dengan suara lantang menyebut nama lelaki itu disertai sebutan 'Pak'.

Bagai rembulan jatuh di pangkuan, tanpa sungkan ataupun risih sedikitpun, Amora langsung menyerbu dan memeluk erat sambil memukul-mukul bahu lelaki itu. Degup jantungnya yang membara semakin bergejolak parah.

"Teruslan memelukku. Setelah tahu siapa dirimu, aku ingin pelukan ini takkan lepas. Ada air mata kegirangan menetes di bahu lelaki itu. Air mata bahagia campur aduk. Ia benar-benar menumpahkan seluruh rasa di bahu lelaki itu. Rasa marah dan bahagia menyatu.  
 
Saat Amora hendak melonggarkan pelukan, lelaki itu lantas berbisik persis di telinganya. "Kutahu namamu lewat angin, ia mebisikku..." canda lelaki itu.

Amora merasa terbang. Gemuruh di dadanya tambah berdetak ketika matanya berjibaku dengan mata sangar itu.

Wauuwww.. benaknya berteriak. Rasanya mata elang ini seperti menikam tajam ke relung sukmaku. Lihat! Mata itu seolah hendak menerkam diriku. Oauww, jangan sampai ia mencuri jantungku. Apalagi membawanya pergi. Bisa mati terkapar aku. Berkata pula pikirannya.

"Bapak jahat!" rengeknya. Ada gelitik di hatinya. Meski nafasnya masih mengendus satu-satu.

"Waduuh... jangan panggil aku 'Pak' ya, Mora!" kata si bapak sambil menyengir. "Tapi tadi... sudah memeluk... apa masih jahat? Baru kenal kok sudah memeluk. Apa tak takut sama orang baru? Baru kenal sudah memeluk..." ujarnya senyum- senyum saja.

Sementara Amora sendiri bingung sebab kini dua getaran menguncup manjadi satu. Entah getaran mana yang lebih unggul bergemuruh. Ya, benar. Lelaki itu baru dikenalnya semalam. Beberapa jam lalu saat ia dan teman-temannya hendak memasuki area Tugu.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun