Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Foto Usang

4 Juni 2020   08:00 Diperbarui: 21 Agustus 2020   13:45 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Disaat aku melahirkan tanpa pengakuan dari ayah si jabang bayi, Praslah yang menjadi penyelamatku," jelas Selly.

Telinga Rara panas, namun keseimbangan masih melingkupi dirinya. Rara menyimak dengan cermat.

"Aku terpaksa! Setelah anakku hadir ke dunia, Pras menandatangani surat pernyataan. Pras langsung menuju ke rumahmu. Tapi kau tak ditemukannya lagi di sana. Kata tetanggamu, kalian sudah meninggalkan kota ini menjelang siang sesudah peristiwa pinangan itu." Selly sibuk menatap Rara. Menulusuri keberadaannya.

"Dan ini," sambung Selly. 

Matanya menatap mesra ke wajah ganteng pria di samping Pras."Aku sempat depresi berat. Hidup tanpa suami, punya anak tanpa ayah. Aku malu! Kuliahku berantakan. Pras sangat marah. Aku kacau balau, Ra! Aku pernah ketemu Margy. Untuk menutupi aibku, kuceritakan suami bayanganku seorang dosen. Hingga suatu saat, beberapa bulan lalu datang suami bayangan itu. Dosen bayangan itu benar-benar  melamarku. Dialah penyelamatku yang ke dua. Aku hampir gila, Ra!" kata Selly meyakinkanku dengan nada tinggi dan mata berkaca-kaca.

"Jadi, aku telah salah sangka. Aku menduga Pras telah berkhianat." ujar Rara sedikit tersedak. 

Ah! Iitu juga salah Selly. Tapi Selly terpaksa, bisik Rara.

Dipandanginya Pras. Angin pantai diam-diam menerobos masuk lewat jendela yang sedikit terbuka. Tirainya melambai-lambai seperti mengucapkan salam damai. 

Selembar kertas putih terbang melayang. Tercecer dari balik buku 

Album milik Prasman yang sengaja dibawanya sebagai alat bukti. Putri kecil Selly turun dari gendongan. Mengejar benda terbang itu. 

Disodorkannya kepada Selly, ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun