Mohon tunggu...
Sutarya Aryaningsih
Sutarya Aryaningsih Mohon Tunggu... Guru

Guru, Penulis dan Penyair

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelita Botol di Ujung Malam

16 Oktober 2025   21:07 Diperbarui: 16 Oktober 2025   21:08 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelita Botol (Sumber Google)

Pelita Botol di Ujung Malam

Dulu, malam terasa begitu panjang. Di sudut rumah sederhana, sebuah pelita botol berdiri dengan angkuh di atas meja kayu yang reot. Cahaya kuningnya menari-nari di dinding, seolah ingin memeluk setiap sudut yang gelap. Tiap tetes minyak yang menetes dari sumbu menimbulkan aroma hangat, bau hangit ketika jambul rambut terbakar yang kini diingat sebagai wangi rumah masa kecil.

Aku duduk bersila di lantai, buku terbuka di pangkuan. Mata yang menatap huruf-huruf kecil itu seringkali lelah, hingga abu hitam dari sumbu pelita jatuh di hidungku, meninggalkan tanda kenangan: titik-titik gelap yang kini tertawa dalam ingatan. Setiap garis huruf yang kubaca terasa seperti perjalanan jauh menembus malam, ditemani cahaya setia pelita botol yang tak pernah menuntut apapun kecuali diterangi.

Malam itu, dunia terasa sederhana dan penuh keajaiban. Pelita botol bukan sekadar lampu; ia adalah sahabat, guru, dan penjaga rahasia malamku. Ketika lilin modern kini bersinar di rumah masa depan, aku masih bisa merasakan hangatnya cahaya itu, aroma minyaknya, dan sentuhan kenangan yang tak bisa diganti. Pelita botol mengajarkanku tentang sabar, tentang bagaimana sedikit cahaya bisa menyingkirkan kegelapan, dan bagaimana kenangan kecil bisa bersinar sepanjang hidup.

Kini, di masa dewasa, aku menutup mata dan tersenyum. Lubang hitam di hidungku itu tanda kecil masa lampau yang disebabkan oleh asap pelita Botol menjadi simbol kecil dari malam-malam panjang yang penuh belajar, tawa, dan keajaiban yang sederhana. Pelita botol, meski hanya benda sederhana, telah menyalakan lebih dari sekadar cahaya; ia menyalakan kenangan yang abadi. Pelita botol mengajarkanku bahwa meski dunia terus berubah, cahaya yang pernah menuntun kita di kegelapan akan selalu bersinar dalam hati, menjadi warisan tak terlihat dari masa lalu yang indah.

Btm, 13102025
#N.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun